/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Mbah Siradj Akram Kadirejo Karanganom, Klaten, Jawa Tengah

Oleh: Mokhammad Fadhil Musyafa’

Biografi Singkat

Kiai Siradj lahir di Klaten pada tanggal 1 Maret 1913. Nama kecilnya adalah Abdus Syakur. Berganti nama Siradj sejak pulang haji pada tahun 1927. Sedangkan nama lengkapnya adalah KH. Siradj bin Akram bin Abdul Rahman, hal ini untuk membedakan nama KH. Ahmad Siradj bin Umar Panularan Solo (wafat 1963 Masehi) yang di Pajang Makamhaji Solo.[1] Beliau dilahirkan dalam keluarga yang taat terhadap agama. Kabarnya beliau merupakan anak laki-laki pertama di antara 14 saudara putrinya dari pasangan K. Akram Abdurrahman dengan istrinya.

Atas keinginan besar seorang ayah kepada anaknya supaya bisa menguasai kitab kuning dan alim terhadap ilmu agama, maka K. Akram pun memondokan Abu Syakur ke sebuah pesantren. Pesantren yang menjadi tujuannya adalah pondok pesantren Termas yang diasuh langsung oleh KH. Dimyathi. Perlu diketahaui bahwa K. Siradj (Abu Syakur) berada di pesantren Termas semenjak masih belia hingga menjelang masa tuanya. Dan berdasarkan informan yang saya lacak, simbah KH. Akram Siradj menimba ilmunya hanya di satu pondok pesantren saja yakni Termas.[2]

Semenjak hadir maupun sebelum lahirnya simbah K. Siradj, situasi politik yang berkembang di daerahnya sangatlah mencekik. Di mana kalangan Nahdliyin tidak diberi celah untuk bergerak mengembangkan sayapnya di daerah Kadirejo, Karanganom, Klaten.

Sanad keilmuan

Berhubung Abu Syakur menekuni dalam satu instansi kepesantrenan saja, maka telah jelas bahwa sanad keilmuannya tersebambung dengan KH. Harits Dimyati – Pengasuh Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur. Mengenai santrinya Simbah KH. Siradj Akram berdasarkan pemaparan wawancara yang saya dapatkan yakni tidak hanya dari kalangan manusia saja akan tetapi dari golongan selain manusia. Sebagaimana diceritakan oleh informan, bahwa suatu ketika simbah di Kudus, pernah ada seorang kiai yang membuntutinya dari belakang ketika ia pergi keluar kamar dan menuju tanah lapang tepatnya pada pukul 2-3 malam dengan membawa kitab yang baru dibelinya.

Beli Buku

Dan anehnya di tengah malam dan di tengah lapang seperti itu sudah banyak orang yang berkumpul di sana menunggu kedatangannya. Sontak sang kiai yang membuntutinya pulang dan kembali tidur serta berpura-pura tidak tahu apa-apa. Sepulangnya simbah KH. Siradj, seketika langsung ditanya oleh kiai tersebut “Mbah tadi itu siapa yang mengaji ?” Mengetahui hal ini simbah spontan marah terhadapnya dan seraya berkata “Ya seperti itulah, santri simbah ada yang dari manusia dan ada pula yang bukan golongan manusia”.

Karya-karya

Berdasarkan sumber yang saya dapatkan baik secara literatur maupun wawancara sekalipun, tidak ada data yang mengatakan bahwa KH. Siradj Akram ini memiliki hasil karya misalnya kitab maupun buku. Hal ini dikarenakan beliau merupakan kiai atau ulama yang dikatakan sebagai kiai yang datangnya belakangan dan beliau pun bukan tergolong orang yang suka menulis,[3]

Afiliasi Organisasi

Berbicara mengenai organisasi, tentunya simbah KH. Siradj Akram ini memegang teguh organisasi masyarakatnya yang ala-ala Nahdliyin. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa di Klaten pada zaman dahulu, zamanya simbah, NU itu belum ada bahkan tidak ada. Hal ini dikarenakan pada masa itu ormas Muhammadiyahlah yang menguasai semua lapisan masyarakat. NU baru ada sekitar tahun 1800’n awal, tutur informan. Tentu awal mulanya keberadaan NU tidak lepas dari peran simbah KH. Siradj Akram sebagai perintisnya. Namun, sangat disayangkan sekali ketika itu para tokoh NU terdahulu kurang merangkul kiai sepuh, sehingga hal ini membuat KH. Siradj Akram menjauhi NU yang ada di desanya. Dan memilih untuk berdakwah di tempat lain.

Ditambah lagi oleh sikap masyarakat yang tidak menganggapnya ada, atau bahkan mengucilkan dirinya dan keluarganya. Sampai detik ini pun masih sama tradisi yang berkembang untuk mengucilkan keluarga-keluarga simbah KH. Siradj Akram. Namun, hal ini mampu diatasi oleh cucu mantu simbah KH Siradj Akram dengan cara melalui pendekatan-pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat yang ada di tempat tinggalnya mulai dari ketua RT, RW, sampai ke Lurah.

Konsep Pemikirannya (yang berkaitan dengan Tasawuf)

Ketika berbicara tentang tasawuf tentunya kita tidak terlepas dari apa yang namanya aliran tarekat. Berbicara mengenai tarekat, hal ini sangat disembunyikan oleh simbah KH. Siradj sampai beliau wafat. Kala mana simbah ditanyai mengenai tarekat, beliau tidak mau menjawab secara gamblang mengenai tarekat yang dianutnya. Dia berpegang teguh pada sebuah pengibaratan bahwa tarekat itu bagaikan aurat yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain. Akan tetapi, ketika saya mengamati dan dari berbagai sumber ketika beliau sedang berdzikir dan bertahlil la ilaha ilalloh 3x alloh alloh hu hu hu hu di tengah malamnya, saya rasa beliau menganut tarekat Sathoriyah yang mana hu hu hu ini telah identik di kalangan akademik sebagai amalan tarekat Sathoriyah.

Beli Buku

Mengenai akhlaknya, beliau selalu mencontohkan akhlak dan budi pekerti yang baik. Di mana ia tunjukan kepada para santrinya dengan wujud ketidak-adaan jarak antara kiai dengan santri/muridnya, yang belum pasti kiai pada umumnya bisa melakukan. Ditambah lagi atas ketersediaan beliau mencucikan, menjemur, sampai mentasi pakaian istrinya di depan rumahnya. Tentunya hal ini dapat menurunkan reputasinya sebagai seorang laki-laki dan seorang kiai. Tanpa disadari semua ini menunjukan bahwa simbah KH. Siradj Akram Kadirejo adalah seorang yang no profile, nyentrik dan tawadhu’ pastinya.

Makam 

Simbah KH. Siradj Akram Kadirejo meninggal pada hari Senin 8 Ramadhan 1421 Hijriyah/ 4 Desember 2000 di waktu ashar ketika sholat berjamaah dengan anaknya di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten. Dimakamkan pada hari Selasa 9 Ramadhan 1421 H/ 5 Desember 2000 di sebelah barat Masjid Mujahidin Kadirejo Karanganom Klaten.

 

Daftar Rujukan:

[1] Wawancara dengan salah satu keluarga Simbah KH. Siradj Akram Kadirejo yakni dengan Abah Hamam Baihaqi (40) selaku cucu mantu dari Simbah KH Siradj Akram yang dilakukan pada hari Kamis, 20 Desember 2018 pukul 14.30 dikediamannya Desa Kadirejo Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

[2] Wawancara dengan salah satu keluarga Simbah KH. Siradj Akram Kadirejo yakni dengan Abah Hamam Baihaqi (40) selaku cucu mantu dari Simbah KH Siradj Akram yang dilakukan pada hari Kamis, 20 Desember 2018 pukul 14.30 dikediamannya Desa Kadirejo Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

[3] Wawncara dengan informan Abah Hamam Baihaqi (40). Beliau merupakan cucu dari KH. Akram Siradj yang sekarang mendiami rumah peninggalan simbah.

Beli Buku
Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *