Oleh: Amirul Ulum
Kiai Sholeh Darat al-Samarani merupakan salah satu maha guru ulama Nusantara yang dikenal produktif pada abad 19 Masehi, sezaman dengan Syaikh Nawawi al-Bantani dan Syaikh Abu Bakar Syatha. Ketiganya adalah murid Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Hijaz. Ketiganya dikenal fastabiqu al-khairat, berlomba-lomba dalam menghasilan karya tulis, yang nantinya dapat dijadikan rujukan banyak kalangan. Hanya saja, untuk karya al-Samarani ini kebanyakan menggunakan tulisan Arab Pegon (Jawi), menyesuaikan kebutuhan kaumnya, sedangkan al-Bantani dan Sayyid Abu Bakar Syatha menggunakan tulisan berbahasa Arab.
Salah satu karya Kiai Sholeh Darat al-Samarani adalah Tafsir Faidh al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan (Limpahan Rahmat Allah dalam Menerjemahkan Tafsir Firman-firman Allah Penguasa Hari Pembalasan). Dalam muqadimah kitab ini, hasil salinan salah satu santrinya dikatakan :
قال العالم العلامة بحرالفهامة أبوإبراهيم محمد صالح ابن عمر السمراني بلدا مولدا الشافعي مذهبا
Nama Abu Ibrahim merupakan alam kuniyah Kiai Sholeh Darat al-Samarani. Menurut cerita Syaikh Shodiq Asy’ari kepada penulis (10-02-2018) bahwa Ibrahim merupakan putera al-Samarani dari hasil pernikahannya dengan wanita berkebangsaan Turkey. Ibrahim ini dikemudian hari mempunyai anak 3. Yang dua perempuan, yang satu laki-laki, namanya laki-laki seperti ayahnya, Muhammad Sholeh. Sholeh ini wafat di Jeddah.
Ibrahim sebagaimana kebanyakan ulama Nusantara yang mukim di Haramain seperti Syaikh Mahfudz al-Termasi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Muhaimin al-Lasemi, dan Sayyid Muhsin al-Musawa, yaitu sering membantu para thalabah yang sedang menjalani dirasah, terlebih yang kekurangan biaya. Ia membantu meringankan beban tersebut, salah satu santri Jawi yang pernah ia tolong adalah Syaikh Mahfudz al-Termasi, murid al-Samarani.
Ibrahim dan saudaranya yang bernama Umar ibn Sholeh al-Samarani (putra Kiai Sholeh Darat al-Samarani yang menjadi pengajar di Masjidil Haram) tidak ikut sang ayah kembali ke tanah air, namun tetap istiqamah berdakwah di Haramain. Ibrahim dikenal akrab dengan keluarga Syarief Husein Makkah. Suatu ketika, ia mendapatkan undangan untuk menghadiri acara pesta di kediaman sang syarief, namun Allah berkehendak lain. Ibrahim telah kembali ke Rahmatullah. Mendengar berita duka tersebut, Syarief Husein langsung membatalkan acaranya dan bergegas untuk bertakziyah di kediaman Ibrahim.
Yogyakarta, 11 Juni 2022