“Seorang gadis akan tumbuh sesuai dengan seberapa banyak puing-puing tempaan kehidupannya. Kalau dia tidak pernah memukul sendiri bahunya sampai retak. Maka dia tidak akan pernah kuat untuk melalui jenis kehidupan apapun.”
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)
“Kalau lagi malas beristirahatlah! Tapi berpikir juga kapan kita akan bangkit kembali. Karena zona nyaman itu akan menenggelamkan.”
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)
“Carilah sosok figur dari orang-orang di sekitarmu, meskipun figur itu tidak memberikan motivasi, tapi secara tidak langsung ketika kita melihat figur tersebut, itu sudah merasuk dan menjadi motivasi bagi diri kita sendiri.”
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)
“Tiap-tiap gadis bertanggung jawab mendidik sendiri luka-luka hidup atas dirinya. Karena tiap-tiap lelaki baik berhak untuk membersamai perempuan kuat yang tidak mengiba.”
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)
“Pernikahan adalah cinta yang tidak bisa dituntut-rata besar-kecilnya. Tidak selamanya presentase dalam pernikahan akan secantik 50 berbanding 50 seperti drama. Untuk mencapai utuh, kadang kau mencintai 70 dan bagian 30 penyempurna adalah tugas pasangan kita. Atau terkadang pasangan kita yang mencintai begitu dalam dan kita tetap mengambil bagian kecilnya sebagai penyempurna keutuhannya. Sebab angka 100 adalah keutuhan yang berdua menjadi pengisinya.”
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)
Sejauh apapun kaki menapaki perantauan, tempat lahir dan bertumbuh tetaplah menjadi arti kata ‘pulang’.
Ning Hj. Nadia Abdurrahman
(PP. Fathul Ulum Kwagean, Kediri)