Oleh : Amirul Ulum
Islam tersebar di wilayah Sarang terbilang sudah lama, dalam arti sebelum datangnya Walisanga. Hal ini sebagaimana yang pernah dikisahkan Kiai Maimoen Zubair (w. 2019). Ia bercerita bahwa ketika tentara Mongol menyerang Kerajaan Gelang-Gelang pasca hancurnya Kerajaan Singasari, maka Raden Wijaya mengatur siasat untuk mengalahkan tentara Mongol. Misinya tersebut membuahkan hasil, sehingga berdirilah Kerajaan Majapahit (1293 M). Menurutnya, tidak semua tentara Mongol yang diperangi Raden Wijaya itu kembali ke kampung halamannya, Tiongkok (atau Mongolia), namun ada yang menetap di Jawa, salah satunya adalah Sarang (Blitung). Mereka ada yang beragama Islam dan menyebarkan agama Islam di sana.[1]
Semenjak Kerajaan Majapahit berdiri, wilayah Sarang masuk dalam kekuasaannya. Ketika ia mencapai puncak kejayaannya (pada masa Raja Hayam Wuruk), Sarang berada dalam naungan Kadipaten Lasem yang merupakan kerajaan vassal Majapahit, yang diperintah oleh Dwi Indu bersama suaminya, Pangeran Rajasa Wardhana.[2]
Ketika agama Islam semakin diminati banyak kalangan, termasuk kalangan kerajaan, Kadipaten Lasem, maka ia semakin mendapatkan tempat khusus. Saat jabatan adipati Lasem dipegang Nyai Ageng Malokah (putri Sunan Ampel), maka diangkatlah Sunan Bonang (w. 1525 M) sebagai penghulu agama yang berpusat Bonang Binangun (Lasem).[3] Ia menyebarkan agama Islam di sepanjang wilayah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Islam di wilayah Sarang tidak dapat dipisahkan dengan Walisanga. Hal ini tidak lain disebabkan karena kebanyakan masyayikh atau ulama Sarang masih mempunyai intisab ilmu atau darah dengan mereka, khususnya Sunan Ampel (w. 1481 M), Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati (w. 1568 M). Dari merekalah jaringan intelektual ulama Sarang terbangun, yang dimulai dengan berdirinya Pesantren Sarang di bawah kepengasuhan Kiai Ghazali ibn Lanah hingga sampai kepada para masyayikh sekarang.
Referensi :
Santibadra, mPU. Sabda Badra-Santi. Lasem. 1401.
Ulum, Amirul. KH. Maimoen Zubair & Kiprahnya di Nahdlatul Ulama. Global Press. Yogyakarta. 2022.
___________. Kebangkitan Ulama Rembang : Sumbangsih untuk Nusantara & Dunia Islam. Global Press. Yogyakarta. 2019.
[1] Amirul Ulum, KH. Maimoen Zubair & Kiprahnya di Nahdlatul Ulama, hal. 14-23.
[2] Amirul Ulum, Kebangkitan Ulama Rembang, hal. 3.
[3] Mpu Santi Badra, Sabda Badra-Santi, hal. 13-14.