/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Biografi TGH. Abhar Muhyiddin Pendiri Pondok Pesantren Darul Falah

Oleh: Jeri Ardiansa

TGH. Abhar Muhyiddin lahir pada tanggal 31 Desember 1926 di Pagutan- Lombok Barat (sekarang Mataram). Ia lahir dari pasangan TGH. Muhyiddin Musallam bin TGH. Musallam dengan Siti Manna perempuan dari Banten putri Syaikh Jabar Lingge, selain lahir dari pasangan ulama, Abhar merupakan cucu dari TGH. Abdul Hamid, sosok ulama karismatik dan memiliki ilmu agama yang luas, sehingga tidak heran kelak Abhar menjadi ulama besar yang melahirkan banyak Tuan Guru di pulau Lombok.

TGH. Abdul Hamid salah satu ulama yang berjasa besar dalam pengembangan Islam di kawasan Pagutan dan sekitarnya pada abad ke-19. Atas jaza beliau sehingga masyarakat Pagutan nama TGH. Abdul Hamid diabadikan menjadi nama masjid pusaka dengan nama Masjid Al-Hamidi dan sampai sekarang masjid tersebut masih berdiri kokoh dan megah di Pagutan. Selain mampu mengembangkan Islam di Pagutan, TGH. Abdul hamid adalah guru TGH. Sholeh Hambali Bengkel.[1]

Riwayat Pendidikan TGH. Abhar Muhyiddin

TGH. Abhar Muhyiddin atau Datuk Abhar awalnya mendapat pendidikan dari ayahnya, yaitu TGH. Muhyiddin Musallam, setelah ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Pagutan, sehingga menjadi insan yang terdidik. Selepas dari Sekolah Rakyat, Datuk Abhar masih ingin menuntut ilmu, sehingga ia melanjutkan belajar agama ke Darul Ulum Ampenan di bawah asuhan Sayyid Abdurrman Assegaf, ulama lulusan Universitas al-Azhar Kairo. Madrasah setingkat Madrasah Aliya (MA) yang cukup ternama dan jaya di masa itu karena istikomah mengkader anak-anak muda agar kelak menjadi ulama. Datuk Abhar meneguk manisnya madu ilmu selama 12 tahun di Darul Ulum Ampenan.

Selesai mengenyam pendidikan di Darul Ulum, beliau semakin haus dengan ilmu dan memiliki niat serta keinginan untuk mendalami ilmu agama lebih jauh bersama dengan TGH. Saleh Hambali Bengkel, keduanya berangkat ke Jombang untuk berguru kepada KH. Mustain Romli dalam bidang tasawuf, yaitu dengan menekuni tarakat Qadiriyah.[2] Sekembalinya dari Jombang, TGH. Abhar Muhyiddin aktif dalam berdakwah dan mengisih pengajian-pengajian di Pagutan dan daerah lainnya di Pulau Lombok.

Setelah beberapa tahun, Datuk Abhar kemudian kembali ke Jombang untuk mendalami lebih lanjut seluk beluk tarekat, lebih-lebih tarekat Naqsabandiyah.[3] Dengan mempelajari kedua ilmu ini, sekaligus beliau mendalami jenis ketiga yang merupakan penggabungan dua tarekat mutabarah, yaitu tarekat Qadariyah Wanaqsabandiyah.[4] Dengan bekal ijazah dari KH. Musta’in Romli, beliau semakin yakin terdorong untuk mengembangkan tarekat tersebut di Lombok.

Beli Buku

Ritual ibadah dari tarekat ini adalah memperbanyak zikir kepada Allah SWT, zikir di sini terdapat dua macam sesuai dengan nama pendirinya. Tarekat Qodiryah menggunakan metode zikir jahar atau keras, maksutnya dengan melafalkan kalimat La ila haillallah (Tauhid) dengan suara lantang dan nyaring. Sedangkan tarekat Naqsabandiyah menggunakan metode zikir sirr atau pelan, maksutnya lafaz zikir La ila haillallah (Tauhid) dibunyikan dalam hati.

Jamaah Tarekat Qadairiyah Wa Nagsabandiyah di bawah asuhan TGH. Abhar Muhyiddin sudah mencapai ribuan jamaah yang terdapat di berbagai kabupaten, seperti Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara dan Kota Mataram. Baik yang dibait oleh Tgh. Abhar Muhyiddin, maupun yang berbait langsung kepada TGH. M. Mustiadi Abhar putra beliau yang melanjutkan estafet kepemimpinan tarekat dan sebagai mursyid setelah ayahnya wafat.

Selain tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah yang diajarkan oleh TGH. Abhar Muhyiddin dan dilanjutkan oleh putranya, yaitu TGH. M. Mustiada Abhar, juga terdapat Tuan Guru yang menyebarkan tarekat Qadariyah Naqsabandiyah di Lombok, seperti, TGH. Ali Batu, TGH. Muhammad Amin Pajeruk, dan TGH. Muhammad Sidik Karang Kelok. TGH. M. Amin Pajeruk juga mengangkat khalifah tarekat Qadariyah Nagsabandiyah, yaitu TGH. Abdul Hamid al-Makki (putranya), TGH. Abdul Muin Karang Buaya Pagutan, dan TGH. M. Arsyad Getap Cakranegara. Sedangkan TGH. Muhammad Sidik Karak Kelok mengangkat TGH. Ma’Mun dari Praya Lombok Tengah, TGH. Munawar Gebang, dan TGH Muhamamad Munir dari Karang Bedil Mataram. TGH. Ali Batu, TGH. Muhammad Amin Pajeruk, dan TGH. Muhammad Sidik Karang Kelok, ditunjuk langsung oleh Abdul Karim Banten, sedangkan TGH. Abhar Muhyiddin menerima ijazah tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah dari KH. Musta’in Ramli putra KH. Romli Tamim. [5]

Mendirikan Pondok Pesantren Darul Falah

TGH. Abhar Muhyiddin selain aktif berdakwah melalui pengajaran ilmu tasawuf (Thareqat), juga aktif mengajarkan ilmu syariah dengan merintis membangun lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darul Falah di tengah-tengah masyaraat Pagutan-Lombok Barat (Sekarang Kota Mataram). TGH Abhar Muhyiddin mulai merintis Pondok Pesantren Darul Falah setelah pulang menunaikan ibadah haji pada tahun 1950 yang awalnya-awalnya pengajian dilaksanakan di serambi rumahnya yang hanya berukuran 6×3 M, dan oleh Datuk Abhar kelompok pengajian tersebut diberi nama Darul Falah.

Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah hanya terdiri dari 35 santri yang berasal dari Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur, tetapi dengan sedikitnya santri yang belajar tidak menyurutkan semangat belajarnya, bahkan mereka memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan memperdalam ilmu agama, siang berganti malam, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, santri tetap tekun mempelajari kitab-kitab salahfusshalih tanpa mengenal libur kecuali hari-hari besar Islam dan Nasional, karena Pondok Pesantren Darul Falah didirikan dengan niat Lillahita’ala (semata-mata karena Allah SWT).

Lambat laun Darul Falah mulai menampakkan kemajuannya, terbukti dengan semakin banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren Darul Falah di bawah asuhan Datuq Abhar. Pada tahun 1968 M santri Pondok Pesantren Darul Falah berjumlah 200 orang. Di bawah kepemimpinan TGH, Muhammad Mustiadi Abhar (Putra Datuk Abhar dan generasi ke-2) Pondok Pesantren Darul Falah semakin maju sesuai dengan perkembangan zaman, tidak hanya bangunan fisik yang berubah tetapi juga jiwa santrinya.

Dengan berbagai perubahan di Darul Falah yang diikhtiyarkan oleh TGH. Muammar Arafat, SH, MH dan TGH. Zabrul Fauzan Tabranni, LC akhirnya membuahkan hasil, sehingga santri Daru Falah datang dari berbagai daerah, seperti Lombok, Sumbawa, Dompu, Bima (Provinsi NTB), Batam, Sulawesi, Jakarta, dan Manggarai-Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Beli Buku

Karya-karya TGH. Abhar Muhyiddin

TGH. Abhar Muhyiddin merupakan ulama yang produktif sehingga meninggalkan banyak karya berupa kitab-kitab di berbagai bidang ilmu, antara lain satu karyanya yang sudah diterbitkan, sedangkan yang lainnya masih dalam bentuk manuskrip (tertulis tangan). Yaitu:

Pertama Najmul Huda, berisi tentang ajaran tauhid yang disalur dari berbagai kitab-kitab kalangan Asy’ariyah. Kitab ini dicetak oleh penerbit “Taufiq” Surabaya. Yang cukup khas adalah bahasanya, yang dimana penulis menggunakan bahasa Sasak. Kitab ini mudah dibaca dan ditelaah karena berbentuk nazam (Kalimat yang berbentuk timbangan bait syair) semua berjumlah 169 bait. Yang dibahas dalam kitab ini adalah pokok-pokok aqidah Ahlussunah wal Jamaah antara lain sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah, nama-nama malaikat yang wajib dikatahui, nama para rasul yang wajib dikatahui, dan masalah aqidah dalam koridor paham ahli sunah lainnya.

Kedua Al-Misbah al-Munawarah, berisi penjelasan seputar masalah tasawuf dan ajaran-ajaran tarekat khususnya tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah. Naskah ini masih bertulis tangan, terdiri dari 32 bagian ditambah beberapa lampiran, isinya antara lain pegantar tentang tarekat, zikir, lathifah ruh, lathifah sir, lathifah khafi, lathifah akhfa, lathifah nafs, lathifah qalb, ma’rifat, kasyf, nafy-istbat, hakekat dan lainnya, khususnya yang berkaitan dengan doktrin dan ritual dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Kitab yang belum tercetak ini tebalnya mencapai 60 halaman.

Ketiga Al-Ru’ya al-Haqqiyah, suatu karya yang menjelaskan jenis-jenis mimpi yang dapat dikatagorikan benar atau dapat dipertanggung jawabkan.

Keempat Tsamrah al-Fikriyah fi Mubahast al-Nahwiyah, merupakan ringkasan materi dalam bidang nahwu.

Kelima Tsamrah al-Fikriyah fi Mubahast al-Sharfiyyah, merupakan ringkasan materi dalam bidang saraf.

Keenam Tsamrah al-Fikriyah al-Mubahast al-Fiqhiyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang hukum islam.

Beli Buku

Ketuju Tsamrah al-Fikriyah al-Usuliyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang ushul fiqih.

Kedelapam Tsamrah al-Fikriyah fi Mubahast al-Arudiyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang arud.

Kesembilan Tsamrah al-Fikriyah fi Mubahast al-Mantiqiyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang logika.

Kesepuluh Tsamrah al-Fikriyah fi Mubahast al-Tafsiriyyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang tafsir.

Murid-Murid TGH. Abhar Muhyiddin

TGH. Abhar Muhyiddin selalu istikomah mengabdi mengajar dan berdakwah, dan juga aktif menulis, ia juga tetap semangat mengkader para santrinya untuk menjadi seorang ulama yang kelak akan melanjutkan dakwah Rasullah Saw dan melanjutkan perjuangannya dalam mensyiarkan agama Islam di kalangan masyarakat Lombok, khususnya kampung mereka masing-masing.

Selain putra beliau TGH, Muhammad Mustiadi Abhar yang menggantikannya sebagai mursyid tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah dan pimpinan Pondok Pesantren Darul Falah, ada banyak tuan guru yang lahir dari rahim Pondok Darul Falah dan lahir dari didikan dan bimbingan TGH. Abhar Muhyiddin yang berhasil membangun pondok pesantren cabang Darul Falah di berbagai daerah, maupun Kabupaten di Lombok serta memberikan pengajian-pengajian dan mendakwahkan islam yang moderat, toleran, dan ramah, adapun murid-muridnya, yaitu:

TGH. Badrul Ihsan (Pagutan). TGH. Abdul Muin, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman Pagutan-Mataram. TGH.M. Zohdi Sanusi, pengasuh Pondok Pesantren Hidayul Muttaqin Pagutan-Mataram. TGH. Iqbal Muhyiddin, (putranya). TGH. Misbahul Munir (almarhum) Pagutan-Mataram. TGH. Mahmud Aminullah (almarhum) pendiri Pondok Pesantren Darul Hikmah Karang Genteng-Mataram. TGH. Ulul Azmi, (Almarhum) pengasuh Pondok Pesantren Abhariyah Jerneng- Lombok Barat.

Beli Buku

TGH. Ahmad Khairil Abror, pendiri Pondok Pesantren Darunnajah al-Falah Telaga Waru- Lombok Barat. TGH. M. Anwar MZ, pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah Duman, Lingsar-Lombok Barat. TGH, Abdul Manan (almarhum) pendiri pesantren Miftahul Falah Tambelok- Mataram.  TGH. Sirajul Munir (almarhum) Bajur-Lombok Barat. TGH. Fawaid Hariri (almarhum) Selagalas, Mataram. TGH. Ahmad Madani, pengasuh pondok pesantren Al-Madaniyah Jempong-Mataram dan Ketua Syuriah PC NU Kota Mataram.

TGH, Mahyudin, Dasan Ketujur, Gerung-Lombok Barat. TGH. Muzhar Bukhari, pengasuh Pondok Pesantren Darunnadwah Dasan Ketujur, Gerung-Lombok Barat dan Ketua Syuriah PC NU Lombok Barat. TGH, Munir, Kekeri Gunung Sari- Lombok Barat. TGH. Abdul Halim, Aik Mel- Lombok Timur. TGH. Hasan Basri, Peringgerate-Lombok Tengah. TGH. Zaini Azhari, Terong Tawah, Labu Api- Lombok Barat. TGH. Muhajirin, Dasan Ketujur, Gerung-Lombok Barat. TGH. Zaenal Arifin, S. Ag, pengasuh Pondok Pesantren Syamsul Falah Jerneng-Lombok Barat. TGH. Fathurrahman, Pendiri majlis ta’lim Darul Falah Perampuan Timur, Labu Api- Lombok Barat. TGH. Marwan Hakim, pendiri dan pengasuh Pesantren Riyadul Falah, Aik Prape, Aikmel-Lombok Timur dan Ketua Tanfidziyah Nahdtatul Ulama Lombok Timur. TGH. Abdul Halim Amin, pendiri Yayasan al-Baraokah Shofa Marwah Aik Mel Timur, Aik Mel-Lombok Timur.  TGH. Muammaar Arafat., SH. MH Ketua PC NU Kota Mataram. TGH. M. Zabrul Fauzan Tabrani Cucu Datuk Abhar dan lain-lainya.

Kembali ke Rahmatullah

Datuk Abhar adalah sosok ulama yang istikomah berjuang mendakwahkan syariat Islam, ia berdakwah melalui lembaga pendidikan yang didirikannya, berceramah kepada masyarakat dan juga berkhidmat di Nahdatul Ulama. Selain berdakwah, beliau juga berkhidmah di tarekatnya dan keseharian beliau juga habiskan dengan membaca kitab-kitab yang beliau miliki di perpustakan khususnya sebagai bahan materi untuk mengajar santri dan berceramah kepada jamaahnya.

Datuq Abhar menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 1 syawal 1413 H atau yang bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1993 M. Ia wafat di usia 73 tahun,[6] dengan berpulangnya ke Rahmatullah, para santri, alumni Darul Falah, masyarakat Pagutan, jamaah pengajian dan jamaah tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah mereka merasa kehilangan sosok guru yang dicintai, guru pembimbing, guru teladan, dan guru spiritual.

Jenazah Datuq Abhar di sholatkan oleh para jamaah yang berdatangan dari berbagai daerah di Lombok. Setelah selesai di sholatkan jenazah dihantarkan ke peristirahatan terakhir, santri, jamaah, dan alumni Darul Falah berbondong-bondong untuk memikul keranda jenazah TGH. Abhar Muhyiddin. Jasad Datuk Abhar di kebumikan di dekat masjid Pondok Pesantren Darul Falah, makam beliau berdekatan dengan makam istri tercintanya, yaitu Hj. Siti Zahrah.

 

Sumber Rujukan

Beli Buku

[1] Munawir Aziz, Pahlawan Santri: Tulang Punggung Pergerakan Nasional, (Tanggerang Selatan: Pustaka Compas, 2016), h. 198.

[2]   Nama sebuah Thareqat yang di ambil dari nama pendirinya yaitu Syeikh Abdul Qodir Jilani al-ghawsts atau quthb al-awliya. Dr. HJ. Sri Mulyati, dkk. Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 26.

[3]   Nama sebuah Thareqat yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi wafat 1389. Empu tarekat Naqsabandiyah dari Nusantara adalah Syaikh Ismail al-Minangkabawi. Amirul Ulum. Sanad tarekat Nusantara: Menelusuri Mata Rantai Ajaran Tasawuf di Nusantara (Yogyakarta: Globar Pres, 2022), h. 83

[4]  Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah penggabungan atu perbaduan dari dua tarekat besar, yaitu Thariqat Qadiriyah dan Tharikat Naqsabandiyah. TQN didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas Ibn Abdul Ghafar as- Sambasi al-Jawi. Firdaus, Tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah: Implikasi Terhadap Kesalehan Ssoail, Jurnal al-Adyan. Vol 7. No 2. (Desember: 2017). h. 55.

[5] Dr. Jamaluuddin, M.A, Sejarah islam Lombok Abad XVI-Abad XX, (Yogyakarta: Ruas Media, 2019), h. 184.

[6] Tim JTQN-DF, Buku Pelajaran Dan Silsilah Jama’ah Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah Daru Falah, (April, 2022). h. 42.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *