Oleh: Ni’amul Qohar
بسم الله الرحمن الرحيم
المقدمة
قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ # أَحْمَدُ رَبِّي اللّهَ خَيْرَ مَالِكِ
Syaikh Muhammad Ibnu Malik berkata# Segala puji bagi Tuhanku yaitu Allah sebaik-baiknya Dzat yang menguasai.
مُصَلِّيًا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى # وَالِهِ الْمُسْتَكْمِلِيْنَ الشَّرَفَا
Seraya bershalawat (memohon rahmat) kepada Nabiku terpilih (Muhammad SAW) # Beserta keluarganya yang memiliki sifat sempurna kemuliaannya.
وَأَسْتَعِيْنُ اللَّهَ فِي أَلْفِيَّةْ # مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّةْ
Saya (Ibnu Malik) memohon pertolongan kepada Allah di dalam mengarang nadhom seribu bait (Alfiyah) (ini) # yang memuat (keterangan) tujuan-tujuan atau metode ilmu nahwu.
تُقَرِّبُ الْأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ # وَتَبْسُطُ الْبَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ
(Nadhom Alfiyah) (membantu) memudahkan (perkara) yang sulit dengan (menggunakan) lafadzh yang ringkas # Serta memberikan penjabaran keterangan (ilmu nahwu) dengan janji yang dapat ditepati.
وَتَقْتَضِيْ رِضًا بِغَيْرِ سُخْطِ # فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِيْ
Dikehendaki (adanya nadhom ini) dengan sifat kerelaan tanpa adanya kebencian # (Nadhom Alfiyah) ini mengungguli (karya) Alfiyah-nya Ibnu Mu’thi.
وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاَ # مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ
(Namun) Ibnu Mu’thi adalah orang yang lebih dahulu (memperkasainya), (sehingga menjadi) pemilik kehormatan tersebut. (Maka) (sudah sepatutnya) Ibnu Mu’thi berhak mendapatkan pujian terbaik dariku.
وَاللَّهُ يَقْضِيْ بِهِبَاتٍ وَافِرَةْ # لِيْ وَلَهُ فِيْ دَرَجَاتِ الْأَخِرَةْ
Semoga Allah memberikan putusanNya (berupa pahala) yang sempurna # Bagi diriku dan Ibnu Mu’thi yaitu sebuah kedudukan (tinggi) di akhirat.
قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ # أَحْمَدُ رَبِّيْ اللَّهِ خَيْرَ مَالِكِ Syaikh Muhammad Ibnu Malik memulai karangannya ini dengan memuji Allah SWT yang Maha Merajai seluruh alam, serta bershalawat (memohon rahmat) kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya yang sangat mulia dan sempurna. Ia menggunakan zaman madhi untuk mengawali menulis nadhom ini, yaitu yang tersimpan dalam lafadz (قال). Lafadz (قال) di sini merupakan fi’il madhi yang memiliki makna istiqbal atau mustaqbal. Hal ini sebagaimana seperti di dalam Firman Allah SWT أتى امر الله فلا تستعجلوه (Pasti akan datang ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan kedatangannya), yang dimaksud yaitu hari kiamat yang pasti akan datang. Fi’il madhi memiliki makna asli yaitu zaman yang sudah lampau, atau kelewat. Namun di dalam lafadz (أتى) di atas menggunakan makna zaman mustaqbal yang berarti akan datang. Hal ini di dalam kajian gramatika Arab diperbolehkan dengan alasan yakin atas suatu perkara atau kejadian tersebut akan terjadi dengan pasti. Hari kiamat yakin pasti akan terjadi di suatu masa nanti. Begitupun dengan Imam Ibnu Malik yang menggunakan fi’il madhi dalam lafadz (قال), ia yakin akan bisa terwujudnya karangannya ini Alfiyah Ibnu Malik. Atau bisa dikatakan yakin atas puji dan pertolongan Allah SWT.
Penisbatan beliau kepada kakeknya memiliki beberapa alasan, pertama karena menjaga adab kepada nabi Muhammad SAW. Kedua karena kakeknya lebih terkenal. Ketiga bertafa’ul agar memiliki banyak ilmu. Dan keempat bertujuan Jinas Tam, yaitu sebuah penggunaan kata agar bisa mirip dalam sebuah susunannya, kalau dalam kajian syairnya sepeti halnya penggunakan bunyi vokal yang selaras.
وَتَقْتَضِى رِضًا بِغَيْرِ سُخْطِ # فَائِقَةً أَلْفِيَةَ ابْنِ مُعْطِي Alfiyah Ibnu Malik memiliki nilai lebih unggul dibanding dengan Alfiyahnya Ibnu Mu’thi. Letak keunggulannya yaitu berada pada lafadz dan makna. Pada lafadznya, Alfiyah Ibnu Malik terdiri dari bahar Rojaz saja, sedangkan Ibnu Mu’thi terdiri dari bahar Rojaz dan bahar Sar’i. Sedangkan secara makna, Alfiyah Ibnu Malik lebih banyak cakupannya mengenai hukum ilmu nahwu.
Imam Ibnu Mu’thi memiliki nama lengkap Abi al-Hasan Yahya bin Abd An-Nur Az-Zawawi. Ia Lahir pada tahun 564 H, menetap di Damaskus atau Syiria dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah dari sana, ia hijrah ke Mesir di Jami’ Al-Athiq untuk mengajar kitab adab sampai wafat pada bulan Dzulqo’dah 628 H. Makamnya berada didekat makam Imam Syafi’i.
وَهُوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْظِيْلاَ # مُسْتَوْجِبٌ ثَنَايِئَ الْجَمِيْلاَ Imam Ibnu Malik mengakui bahwa Imam Ibnu Mu’thi lebih utama darinya. Karena masanya Imam Ibnu Mu’thi lebih dahulu dari pada dirinya. Seperti halnya makna filosofis di dalam bab mubtada’ yang dibaca rafa’. Artinya seseorang yang lebih dahulu menjadi pengawal (mubtada’) dalam segala hal akan memiliki kedudukan yang tinggi (rafa’).
وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَاتٍ وَافِرَهْ # لِى وَلَهُ فِي دَرَجَاتٍ الأخِرَهْ Muqodimah kitab Alfiyah Ibnu Malik ini ditutup dengan sebuah doa untuk dirinya sendiri dan untuk Ibnu Mu’thi. Semoga Allah menempatkan kedudukan tinggi di akhirat buatku (Imam Ibnu Malik) dan untuk Imam Ibnu Mu’thi. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda,
أن رسول الله كان إذا ذكر أحدا فدعا له بدأ بنفسه (رواه الترمذ)
“Bahwa Rasulullah SAW ketika menyebutkan seseorang lantas berdoa untuknya, maka Rasulullah SAW mengawali doa untuk dirinya sendiri (terlebih dahulu).”
Wallahu’alam bishowab
Sumber Referensi
Al Kassaf Team, “Pena Andalusia”, 2017, PP. Fadllul Wahid Ngangkruk, Bandungsari, Ngaringan, Grobogan.