/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Apakah Joko Tingkir Ngombe Dawet?

Oleh: Amirul Ulum

Es dawet merupakan minuman yang berasal dari Tanah Jawa, yaitu Banjarnegara, ditemukan sejak awal abad 20-an Masehi. Dawet ini semakin populer setelah adanya lagu “Dawet Ayu Banjarnegara” yang dikarang oleh Bono. Dari lagu ini kemudian dawet tersebut dikenal dengan Dawet Ayu. Pada tahun 1980-an, lagu ini dipopulerkan kembali oleh grup seni calung dan lawak Banyumas, Peang Penjol, yang terkenal di Karesidenan Banyumas pada era 1970-1980-an.

Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan lirik lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, yang dinyanyikan dalam berbagai jenis alunan musik, ada yang dangdut, koplo, dan shalawatan. Penyanyinya ada yang berpakaian sopan, dan ada yang auratnya terbuka sembari bergoyang-goyang. Banyak khalayak yang antusias dengan lagu ini karena merasa terhibur, namun banyak juga yang tidak setuju dan bahkan memprotes serta mengecam lagu tersebut karena dinilai ada unsur menghina dan merendahkan sosok Joko Tingkir.

Jaka Tingkir/ Joko Tingkir (w. 1583) adalah putra Ki Ageng Pengging. Ia diambil menantu Sultan Trenggono (Sultan Demak). Setelah Kesultanan Demak jatuh, maka Jaka Tingkir mengambil alih kekuasaan tersebut, kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang. Setelah menjadi sultan di Pajang, ia bergelar Sultan Hadiwijaya.

Keturunan Jaka Tingkir tersebar di berbagai tempat dan kebanyakan menjadi tokoh berpengaruh, menjadi ulama besar, di antaranya adalah Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Baidlowi Lasem, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Abdurrahman Wahid, dan lain-lain.

Jaka Tingkir merupakan tokoh yang dihormati di Jawa, terlebih Jawa Tengah, sehingga sudah sewajarnya jika nama Jaka Tingkir dibuat mainan atau guyonan, maka mereka akan marah dan memprotesnya.

Jika melihat data sejarah, sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa Jaka Tingkir hidup abad 16-an, sedangkan dawet ditemukan pada abad 20-an, sehingga dapat disimpulkan bahwa Jaka Tingkir belum pernah ngombe dawet. Akan tetapi, mungkin yang dimaksud oleh pembuat lagu adalah Jaka Tingkir yang lain, bukan Jaka Tingkir yang menjadi pendiri Kesultanan Pajang. Jika demikian, alangkah baiknya tidak menggunakan nama tersebut, karena sangat sensitif.

Beli Buku

Jika sampai ketika menyanyikan lagu ini, sengaja ada unsur menghina dan meremehkan, itu sangat berbahaya. Rasulullah Saw. mengingatkan :

قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :اَلْمُسْلِمُ أَخُوْالْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَهُنَا, اَلتَّقْوَى هَهُنَا, اَلتَّقْوَى هَهُنَا,وَيُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ بِحَسْبِ امْرِئ ٍمِنَ الشَّرِّأَنْ يَحْقِرَاَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ.

Rasulullah ﷺ bersabda : “Orang Muslim itu saudara sesama Muslim. Dia tidak menzalimi dan tidak menghinanya, dan tidak meremehkannya. Takwa itu disini, takwa itu disini, nabi sambil menunjuk ke arah dada. Cukuplah seseorang jahat apabila orang itu meremehkan saudaranya sesama Muslim, setiap Muslim bagi Muslim lainnya haram darahnya (tidak boleh disakiti apalagi dibunuh), haram kehormatannya (tidak boleh dihina, direndahkan), dan haram hartanya (tidak boleh dirampas)” (HR Muslim)

Silahkan Kunjungi Produk Kami :

Klik di Sini

Yogyakarta, 13 Agustus 2022

 

Amirul Ulum

Beli Buku

(Khadim Ulama Nusantara Center)

 

 

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Mau nanya kak.. kenapa ya Joko Tingkir kok sampai di akui banget sama kota Lamongan, sampai2 kota Lamongan di juluki kota laskar Joko Tingkir. Apa ada hubungannya.. atau sejarah yang bisa di buat acuan untuk bangga menjadi Lamongan kota Joko Tingkir.. nuwun..?!🙏