/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Biografi Singkat Al-‘Allamah as-Sayyid Mukhsin bin ‘Ali al-Musawa al-Palembangi

Oleh: M. Sholahuddin

As-Sayyid Mukhsin bin Ali bin abdu ar-Rahman al-Musãwa Bã’alawi al-Ḥusaini al-Haḍrami as-Syafi’i, beliau adalah seorang alim yang soleh, pemuda yang penuh semangat, tokoh mulia yang sukses menjadi pendidik sejati para pencari ilmu.

Ayah beliau datang dari tanah leluhurnya kota Haḍramaut ke Indonesia membawa misi yang sangat mulia, yaitu menyebarkan ilmu-ilmu syariat di Indonesia. Dalam melancarkan misinya ini, sang ayah membuat suatu jami’iyah yang bernama “Tsamarãt al-ikhwan” di kota Jambi Sumatra yang telah berhasil membangun  4 madrasah yang berbasis syar’iat. Sampai pada tahun 1337 H sang ayah kembali keharibaan Allah SWT, tepatnya pada tanggal 4 bulan Syawal.

Adapun Sayyid Mukhsin, beliau dilahirkan pada malam jum’at 18 Muharram 1323 H di Palembang. Sayyid Mukhsin kecil tumbuh dalam tarbiyah, perhatian dan pengawasan langsung dari sang ayah. Setelah belajar langsung ilmu-ilmu dasar kepada sang ayah, Sayyid Mukhsin melanjutkan pendidikannya di madrasah Nur al-Islam di Jambi. Beliau belajar al-Qur’an kepada H. Syamsuddin yang alim dalam bidang qiraah. Selepas sepeninggal ayahanda,  Sayyid Mukhsin pindah lagi ke kota kelahirannya Palembang. Di sini Sayyid Mukhsin bermulazamah belajar ilmu agama kepada KH. Idrus dan terpaksa melanjutkan sekolahnya di sekolah negeri (yang didirikan oleh Belanda).

Pada pertengahan tahun 1340 H, Sayyid Mukhsin berkeinginan kuat untuk pergi ke tanah suci Makah dan Madinah. Selain untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah makam Rasulullah SAW, beliau ingin memperoleh ilmu langsung dari ulama-ulama terkemuka di sana. Akhirnya pada tahun itu berangkatlah Sayyid Mukhsin bersama saudaranya Sayyid Abdu ar-Rahman bin Ali al-Musãwa dengan ditemani juga oleh ibu tercinta. Di Makah, Sayyid Mukhsin al-Musawa masuk di Madrasah Shaulatiyyah al-Hindiyyah dan belajar kepada ulama-ulama besar yang mengajar di sana. Di antaranya adalah Syaikhul Ulama al-Allamah as-Syaikh Hasan bin Muhammad al-Masysyath yang wafat pada tahun 1339 H (ini adalah guru utama Sayyid Mukhsin), al-Allamah as-Syaikh Habibullah bin Mayabi as-Syinqithi al-Jakani yang wafat pada tahun 1363 H, al-Allamah as-Syaikh Mukhtar bin Ustman Makhdum yang wafat pada tahun 1367 H, dan al-Allamah as-Syaikh Mahmud bin Abdurrahman Zuhdi al-Bangkoki al-Makki. Dan pada akhir tahun 1347 H, Sayyid Mukhsin al-Musawa berhasil menamatkan pendidikannya.

Bertepatan pada tahun 1348 H, Sayyid Mukhsin al-Musawa melanjutkan pengembaraannya dalam mencari ilmu ke kota Hadramaut, tanah para leluhurnya. Selain untuk menuntut ilmu pada ulama-ulama besar di kotanya para wali ini, beliau juga ingin mengunjungi leluhurnya yang notabennya adalah para sayyid yang bermarga Alawy. Di kota Hadramaut, Sayyid Mukhsin al-Musawa menetap selama 3 bulan. Dalam kurun waktu yang singkat itu, beliau habiskan dengan beristifadah kepada banyak ulama yang ada di sana. Tidak hanya itu, beliau pun berhasil membuat sebuah karangan yang diberi judul “Ar-Rihlah al-‘Aliyyah ila ad-Diyyar al-Ḥaḍramiyyah li Ziyãrati Aslãfina al-‘Alawiyyah”.

Sekembalinya dari Hadramaut, Sayyid Mukhsin al-Musawa mendapat tawaran untuk ikut mengajar di Madrasah Shaulatiyyah dan tentunya Sayyid Mukhsin al-Musawa pun mengamini tawaran tersebut. Dalam mengajar, Sayyid Mukhsin al-Musawa terkenal dengan sosok ulama yang penyampaiannya mudah untuk dipahami. Di samping terkenal dengan kedalaman dan keluasan cakrawala keilmuannya, beliau adalah sosok yang sangat wira’i sehingga tidak heran bilamana banyak santri yang berbondong-bondong mengikuti pengajiannya, terlebih santri-santri yang sudah senior.

Beli Buku

Walaupun tengah tersibukkan dengan mengajar, Sayyid Mukhsin al-Musawa tidak ingin jikalau dirinya kehilangan kesempatan emas untuk tetap bisa mendapatkan cahaya-cahaya keberkahan dari para ulama yang mengajar di Masjid al-Haram Makkah. Sehingga beliau pun tetap hadir untuk mengaji dalam majlis-majlis para masyayikh di sana. Termasuknya adalah as-Syaikh al-Allamah Umar bin Bakar bajunaid mufti Syafiiyyah, as-Syaikh al-Allamah Sa’id bin Muhammad al-Khalidi al-Yamani, as-Syaikh al-Allamah Muhammad Ali bin Husain al-Maliki seorang ulama yang ahli dalam ilmu lughot, as-Syaikh al-Allamah Kholifah bin Hamd an-Nabhani ulama ahli falak yang dianugrahi dengan umur panjang, as-Syaikh Abdullah bin Muhammad Ghazi ulama ahli sanad dan tarikh, as-Syaikh Hamdan al- Mahrasi guru besar ilmu hadist di Haramain, Habib ‘Idrus bin Salim al-Bar, dan Syaikh Ali bin Falih ad-Dhahiri al-Mahnawi.

Sayyid Mukhsin al-Musawa sering melakukan ziarah ke makam buyutnya, baginda Nabi Muhammad SAW di Madinah, membuatnya untuk sekalian mengambil berkah keilmuan dari ulama-ulama terkemuka di sana.  Beliau telah berhasil mendapatkan banyak ijazah dari banyak ulama besar Madinah. Ulama-ulama seperti al-Allamah al-Ma’quli Abdu al-Baqi al-Luknawi, al-Habib Ali bin Ali al-Habsyi yang diberkahi dengan umur yang panjang, as-Syaikh al-Allamah Abdu ar-Rauf al-Mishri, al-Faqih Abdu al-Qadir as-Syalabi, as-Sayyid Zaki al-Barjanzi, dan ulama perempuan yang telah dianugrahi dengan umur yang panjang Amatullah binti as-Syah Abdu al-Ghani ad-Dahlawi al-Madani.

Pada suatu kesempatan, ketika Sayyid Mukhsin al-Musawa berkunjung ke Madinah, beliau mendatangi sebuah majlis ilmu yang di situ juga dihadiri oleh guru-gurunya, para Sayyid Ba’alawi dan turut hadir pula pada waktu itu as-Syaikh Umar bin Hamdan al-Mahrasi. Pada majlis ini ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu hadirin yang membuat banyak ulama yang ada di sana pada waktu itu terdiam. Kemudian majulah Sayyid Mukhsin al-Musawa memberikan sebuah jawaban  yang mengidentifikasikan akan kematangan ilmu beliau. Atas kejadian ini, maka para masyayikh yang hadir dengan diketuai oleh as-Syaikh Umar Hamdan al-Mahrasi memerintahkan kepada Sayyid Mukhsin al-Musawa agar berkenan ikut mengajar di masjidil Haram Makkah. Untuk menghormati para gurunya, akhirnya Sayyid Mukhsin al-Musawa pun mengamini titah tersebut dan dengan tekun mulai mengajar di Masjid al-Haram. Dalam mengajar, Sayyid Mukhsin al-Musawa sering menyampaikan keterangan yang terbilang langka sehingga banyak santri berdatangan untuk mengaji kepada beliau. Di masjid al-Haram ini beliau mengajarkan berbagai cabang ilmu seperti fiqih madzhab Syafii, ushul fiqih, balaghoh, nahwu dan sorof. Dan dengan umurnya yang masih terbilang muda pada waktu itu, Sayyid Mukhsin al-Musawa berhasil menjadi pengajar yang banyak membuat banyak santrinya yang kefutuh.

Dalam setiap mengajarkan suatu kitab, Sayyid Mukhsin al-Musawa selalu memiliki catatan-catatan atau tambahan keterangan pada kitab tersebut. Ini adalah hasil dari banyaknya mutholaah yang dilakukan olehnya. Tapi sayangnya catatan-catatan tadi yang sudah dicetak hanya satu yaitu catatan beliau atas kitab “Ghoyat al-Wushul Syarh Lubbu al-Ushul” karya Syaikhu al-Islam Zakariya al-Anshori. Kitab catatan (taqrirat) ini telah banyak beredar di tanah Haramain, Yaman dan Jawa. Beliau juga menuliskan banyak karya diantaranya adalah:

1.         Kitab yang mensyarahi kitab “Tuhfah as-Saniyah” dalam bab Faraidh yang bernama “an-Nafhah al-Hasaniyah”. Kitab ini telah dicetak berulang-ulang.

2.         “Madkhol al-Wushul ila Ilmi al-Ushul” kitab yang berisi beberapa pertanyaan disertai dengan jawabannya. Kitab yang disarikan dari kitab “Waraqot” dan beberapa kitab Syarahnya. Kitab ini juga telah dicetak berulang-ulang.

3.         “Nahju at-Taisir Syarah Manẓumati az-Zamzami fi Ilmi Ushul at-Tafsir”.

4.         “Jam’u at-Tsamar Syarah Manẓumati Manazil al-Qomar”, kitab yang mensyarahi kitab karangan dari guru beliau as-Syakh al-Allamah Khalifah bin Hamd an-Nabhani.

Beli Buku

5.         “al-Judad Syarhu Manẓumati az-Zubad”, kitab yang mensyarahi kitab Zubad karya fenomenal Imam Ibnu Ruslan. Tetapi sayang kitab ini belum diselesaikan.

6.         “Zubdat as-Sholawat ala Khoiri al-Bariyyat Sholla Allah alaihi Wasallam”.

7.         “al-Fushush al-Jauhariyyah fi at-Ta’arif al-Manthiqiyyah”.

8.         “Adillatu Ahlu as-Sunnah wa al-Jamaah fi Daf’i Syubuhati al-Firoq ad-Dhollah wa al-Mubtadi’ah”.

9.         Kitab terjemah bahasa Jawa yang menerjemah Risalahnya Sayyid Abu Bakar Syatho yang membahas tentang hukum zakat pada mendali.

10.     “ar-Rihlah al-‘Aliyyah ila ad-Diyar al-Haḍramiyyah li Ziyãrati Aslafina al-‘Alawiyyah”.

Pada tahun 1353 H Sayyid Mukhsin al-Musawa beserta para tokoh Ulama al-Jawi lainnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang bernama Madrasah “Dar al-Ulum ad-Diniyyah” yang bertepatan pada tanggal 16 bulan Syawal. Para pengajar pertama di madrasah ini tergolong ulama-ulama besar pada zamannya, dan termasuknya adalah al-Allamah as-Syaikh Muhammad Ali bin Husain bin Ibrahim al-Maliki yang wafat pada tahun 1368 H. Ulama yang  dikenal dengan kealimanya dalam berbagai macam cabang ilmu dan sudah menjadi tokoh yang disegani pada waktu itu.

Para santri berbondong-bondong  mulai berdatangan ingin memetik buah ilmu di Madrasah Dar al-Ulum ini. Madrasah yang didirikan semata-mata sebagai bentuk dari ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga keberkahan dan kemanfaatan terpancar jelas di Madrasah ini. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya lulusan Madrasah Dar al-Ulum yang menjadi tokoh-tokoh besar di berbagai belahan dunia, khusunya Yaman, Indonesia, dan Malaysia.

Beli Buku

Dalam perkembangannya, Madrasah Dar al-Ulum mampu mendirikan sebuah perpusatakaan besar yang banyak mengkoleksi kitab ataupun manuskrip dari berbagi cabang keilmuan. Bahkan perpustakaan ini terbilang sebagai perpustakaan terbesar yang menghimpun kitab-kitab Fiqih Madzhab Syafii. Hal ini dikarenakan banyak Ulama Jawa yang ada di Makkah pada waktu itu yang senang mendermakan kitab-kitabnya untuk diwaqafkan di perpustakaan ini. Dari kitab-kitab ini kebanyakannya adalah kitab yang berupa catatan-catatan (taqrirot) karya para ulama tanah Haramain.

Sayyid Mukhsin al-Musawa memiliki kecintaan yang besar dalam mengumpulkan kitab, terlebih kitab-kitab fiqih Madzhab Syafii dan Ushul Fiqihnya. Berkat hobinya ini, beliau memiliki perpustakaan pribadi yang diwakafkan bagi para santrinya. Dalam perpustakaanya ini, sudah banyak koleksi yang ia kumpulkan termasuknya ialah kitab “Fathu al-Fattah Syarh al-Iḍoh” karya Syakh Ibnu ‘Allan yang menerangkan tentang manasik haji dan kitab “Hasyah as-Syinwani ala Syarh al-Minhaj” yang sampai 2 jilid dan lain-lainnya. Sayyid Mukhsin al–Musawa juga telah banyak menyalin berbagai kitab seperti kitab karya dari Syaikh Kholid al-Azhari yang mensyarahi kitab “Jam’u al-Jawami’”.  Karena memang Sayyid Mukhsin al-Musawa tidak mendengar suatu kitab yang bagus kecuali ia akan berusaha keras untuk mendapatkannya ataupun menyalinya.

Sayyid Mukhsin al-Musawa merupakan tokoh ulama yang penuh tawadhu. Secara fisik perawakan beliau sedang, warna kulit sawo matang dengan rambut dan jenggot yang tidak terlalu panjang. Atas ketawadhuannya ini Sayyid Mukhsin al-Musawa mendapatkan penerimaan dari para gurunya, terlebih dari guru beliau al-Allamah as-Syaikh Hasan al-Masyath. Dan tidak jarang pula para guru Sayyid Mukhsin al-Musawa membicarakan akan keindahan akhlak dan sifat-sifatnya yang terpuji, baik semasa hidup maupun setelah kemangkatannya. Bahkan kebaikan Sayyid Mukhsin al-Musawa ini masih sering diceritakan hingga kewafatanya yang sudah berlalu selama sepuluh tahun. Ini tidak lepas dari kepribadian sang al-Musawa yang memang berakhlak mulia, tawadhu, punya kepedulian terhadap fakir miskin, penuh kasih sayang kepada para santri, dan tentunya selalu berpegang teguh kepada kebenaran walaupun banyaknya cacian dan makian yang datang.

Banyak orang yang telah mendapatkan kemanfaatan dari kemuliaan dan keilmuan dari Sayyid Mukhsin al-Musawa. Melalui karya-karyanya yang banyak, ditambah banyaknya santri beliau yang tersebar di Madrasah Shoulatiyyah, Dar al-Ulum, dan di Masjid al-Haram menjadikan keberkahan ilmu Sayyid Mukhsin al-Musawa tidak hilang termakan zaman.

Banyak santri Sayyid Mukhsin al-Musawa yang pada kemudian hari menjadi ulama-ulama besar, seperti Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani, Sayyid Zakariya bin Abdullah Bila, Syaikh Muhammad Zain Bawean, Syaikh Abdullah Madani al-Falembangi, Syaikh Muhammad Ali bin Ustman, Syaikh Abdu ar-Rasyid al-Falembangi, Syaikh Abdul Hamid Dimasqa al-Falembangi, Habib Salim Âli Jindan, Syaikh Abdurrahman al-Ihsani dan lain-lain.

Dari sekian murid Sayyid Mukhsin al-Musawa, ada beberapa murid yang begitu cintannya kepada sang guru, sehingga berhasil menuliskan biografinnya. Sang murid itu adalah Syaikh Yasin al-Fadani, dengan kecintaannya yang besar kepada gurunya ini, Syaikh Yasin al-Fadani menuliskan dua buah kitab tentang gurunya. Pertama kitab yang berjudul “Faiḍu al-Muhaimin fi Tarjamat wa Asãnîd Maulaya as-Sayyid Mukhsin” yang berisi tentang biografi dan sanad keilmuan Sayyid Mukhsin al-Musawa. Dan yang kedua adalah kitab Tsabat (catatan-catatan yang berisi silsilah keilmuan) yang berjudul “Bughyat al-Murid”, kitab yang lumayan besar menghimpun mata rantai sanad keilmuan Sayyid Mukhsin al-Musawa. Tidak mau kalah dengan Syaikh Yasin al-Fadani, Sayyid Zakariya bin Abdullah Bila lantas menuliskan kitab yang cukup populer tentang biografi Sayyid Mukhsin al-Musawa yang diberi nama “al-Jawahir al-Hasan”.

Pada akhir hayatnya Sayyid Mukhsin al-Musawa terkena penyakit ambeien yang sudah terbilang parah. Hingga pada hari Ahad sebelum masuk waktu maghrib bertepatan pada tanggal 10  Jumadil Akhir tahun 1354 H, Sayyid Mukhsin al-Musawa kembali ke rahmatullah dengan belum memiliki keturunan. Dan berangkatlah iring-iringan jenazah yang dipenuhi dengan lautan manusia dari para ulama, sayyid dan para muhibbin beliau pada hari senin menuju pemakaman Ma’la. Semoga rahmat Allah selalu tercurahkan kepadanya dan semoga Allah SWT memberikan ridho-Nya kepada al-Marhum Sayyid Mukhsin al-Musawa.

Atas meninggalnya Sayyid Mukhsin al-Musawa ini ada beberapa ahli syair yang membuat syiir ratapan untuk mengenang beliau. Termasuknya adalah Ustadz Ahmad Badruddin al-Jawi yang mengarang sebuah qosidah yang cukup panjang yang telah dicantumkan oleh Syaikh Yasin al-Fadani dalam kitabnya “Faidhu al-Muhaimin fi Tarjamat wa Asânîd Maulaya as-Sayyid Mukhsin”.

Beli Buku

Sumber Rujukan

Terjemahan biografi singkat Sayyid Mukhsin al-Muswa dalam pendahuluan kitab kitab “Madkhulul Wushul” diterbitkan oleh Turats Ulama Nusantara Zawiyah Huffadh Pondok Pesantren Manbaus Sa’adah Bermi Gembong Pati Jawa Tengah

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *