Oleh: Amirul Ulum
Kiai Bisri Mustofa Rembang atau yang lebih dikenal dengan Mbah Bisri Rembang pernah mengalami masa sulit dalam ekonomi.
Saat terjadi agresi militer Belanda 1& 2, Mbah Bisri bersama istri dan kedua anaknya (Kiai Khalil (umur 5 tahun) dan Gus Mus (umur 3 tahun)) sempat ngungsi di Kediri. Ia di sana sempat jualan figura bertuliskan kata mutiara atau maqolah Arab hasil karyanya sendiri, namun tidak membuahkan untung yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Karena terdesak dorongan ekonomi, akhirnya Mbah Bisri memutuskan untuk alih profesi, yaitu ingin mencari ikan dengan memancing.
Tanpa berpikir panjang, akhirnya Mbah Bisri membeli peralatan mancing, kemudian mencari sungai yang dirasa ada ikannya untuk dipancing. Setelah kail dan umpan dimasukkan di air sungai. Ternyata, Allah sedang menguji kesabaranya. Seharian ia tidak mendapatkan ikan. Padahal tidak jauh dari tempatnya memancing ada seorang anak kecil memancing yang bolak balik memetik ikan melalui mata pancingnya.
Mbah Bisri sempat iri dengan anak kecil tersebut. Iapun bertanya kepada si anak kecil tersebut, “Cung, kamu kok dapat ikan sebanyak itu, wiridanmu apa?”
Dengan ketus anak kecil tersebut menjawab, “Embuh ra weruh (Entah, saya tidak tahu.”

Tanpa berpikir panjang, Mbah Bisri mengambil jawaban anak kecil itu sebagai wiridan mancingnya, “Embuh, ra weruh, embuh ra weruh, embuh, ra weruh.”
Dengan izin Allah, melalui wiridan “Embuh, ra weruh, akhirnya Mbah Bisri mendapatkan ikan banyak yang cukup untuk menafkahi keluarganya.
Lahul fatehah
Yogyakarta, 27 Desember 2022
Amirul Ulum