/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Biografi KH. Mahfudz Ridwan, Salatiga – Semarang

Oleh: M. Iskandar

Nasab KH. Mahfudz Ridwan

KH. Mahfudz Ridwan waktu masih kecil sering dipanggil Mahfudz. Dilahirkan pada tanggal 10 Oktober 1941 M dari pasangan H. Ridwan dengan Hj. Maimunah di Pulutan Salatiga. Beliau merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Adik beliau yang pertama bernama Masykur Ridwan, yang ke-dua bernama H. Zainudin Ridwan, yang ke-tiga H. Sonwasi Ridwan, dan yang terakhir satu-satunya adik perempuan bernama Nu’aimmah. Beliau lahir dari keluarga yang sangat sederhana dan pemurah. Keluarganya sangat mengutamakan pendidikan agama walaupun ayahandanya bukan seorang kiai.

Dalam mengarungi hidup, KH. Mahfudz Ridwan mengalami pasang surut, beliau pernah menempuh pendidikan agama di Bagdad – Irak, setelah selesai beliau pulang ke tanah kelahirannya lalu menikah dengan seorang wanita yang bernama Hj. Nafisah. Dari pernikahan ini, KH. Mahfudz Ridwan di karuniai 3 putra dan 1 putri, yang pertama bernama Hamud Wibisono, yang ke-dua Muna Irawati, yang ke-tiga Shodiq Prayoga dan yang terakhir Muhammad Hanif.

Sosok KH. Mahfudz Ridwan memiliki sifat rendah hati yang tercermin dari sikap dan tindakannya untuk mengutamakan kesederhanaan. Kemudian beliau juga lebih mengutamakan kepentingan orang banyak, memiliki tingkat kepekaan sosial tinggi yang peduli terhadap kehidupan masyarakat. Kesadaran dan motivasi beliau, bahwa hidupnya harus dapat memberi manfaat orang banyak mendorongnya untuk bertindak dan bersikap sebagai panutan dan motivator para keluarga, santri, masyarakat dan lingkungan.

Beliau di mata keluarga merupakan sosok yang sederhana, memiliki kepedulian sosial yang tinggi, mendorong anak-anaknya untuk memiliki pendidikan yang tinggi, dan cenderung menyukai hidup damai yang menjalin silaturahmi dengan banyak orang tanpa melihat setatus sosial dan agamanya.

KH. Mahfudz Ridwan merupakan tokoh muslim kharismatik yang akrab dengan tokoh non muslim di Kota Salatiga. Bersama sejumlah tokoh agama lain pada akhir tahun 1990-an, beliau mendirikan forum lintas umat beragama yang dinamakan Forum Gedangan. Beliau dikenal selalu mengayomi kepada semua orang. Bahkan saat terjadi konflik di Kedungombo, beliau hadir di tengah-tengah masyarakat. KH. Mahfudz Ridwan termasuk kiai yang sangat dihormati berkat ajarannya yang menjunjung tinggi dan menghormati pluralisme. Berbagai tokoh sering berkunjung ke rumah beliau termasuk Presiden Joko Widodo hingga Duta Besar Inggris untuk Indonesia.

Beli Buku

Riwayat Pendidikan Kh. Mahfudz Ridwan

Semasa kecil, beliau menempuh pendidikan di sekolah rakyat Salatiga, lalu nyantri di Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang, kemudian di Pesantren Roudlotut Thalibin Rembang di bawah asuhan KH. Bisri Mustofa ayahanda Gus Mus, lalu pindah ke Ploso Kediri, lalu pindah lagi ke Pesantren Rembang. Pada tahun 1961, KH. Mahfudz Ridwan menerima beasiswa ke Universitas Ummul Quro Mekkah, dan menempuh Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun. Selama di Makkah beliau berkhidmah kepada Al ‘Alim Syekh Yasin Al-Fadani. Pada tahun 1965, KH. Mahfudz Ridwan juga melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Baghdad selama 5 tahun, di sana beliau mengambil mata kuliah di Quryatul Adab Qismus Syari’ah, Qismus Lughgoh dan Qismus Tarikh / jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Beliau adalah sahabat dekat KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) selama menempuh pendidikan di Baghdad. Diriwayatkan selama di Baghdad beliau satu rumah, satu kontrakan dan satu lab dengan Gus Dur. Mereka berdua selalu bertukar argument satu sama lain tentang kehidupan dan pemikiran.

Pertemuan KH. Mahfudz Ridwan dengan Gus Dur membentuk pemikiran beliau yang terbuka akan perbedaan. Terdapat kemiripan antara Gus Dur dan KH. Mahfudz Ridwan yakni kesadaran bahwa kondisi plural Indonesia tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menjalankan dakwah di jalan Allah SWT. Dengan pendidikan yang didapatkan, akhirnya membentuk karakternya menjadi terbuka akan ilmu pengetahuan yang baru. Dengan ilmu agama yang mumpuni membuatnya untuk tidak bersikap fanatik dan membenci orang lain yang berbeda agama. Beliau lebih menyukai hidup damai dengan keharmonisan sosial pada lingkungan sekitar.

Interaksi yang dilakukan oleh keduanya mendorong terjadinya pertukaran pemikiran. Pandangan mengenai bangsa Indonesia yang masyarakatnya beragam sehingga diperlukannya sikap atau tindakan untuk mewujudkan kerukunan di dalam masyarakat.

Dalam dunia pendidikan beliau pernah menjadi dosen di IAIN Fakultas Tarbiyah Walisongo di Salatiga. Sebagai tenaga pengajar beliau menyampaikan ilmu-ilmu pada mahasiswa sesuai dengan pandangan hidupnya, maka hal ini dapat membentuk karakter pada mahasiswa yang beliau ajar.

Berbagai teladan yang dimiliki KH. Mahfudz Ridwan menjadi sebuah percontohan bagi para mahasiswa sebagai generasi muda. Dengan kemampuan keilmuan yang memupuni menjadikan KH. Mahfudz Ridwan memiliki jabatan-jabatan dalam lembaga penelitian. KH. Mahfudz Ridwan pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta selama sepuluh tahun yakni tahun 2000-2010. Dengan jabatan seorang Rektor maka dapat dilihat pengaruh keilmuan dan perannya dalam dunia pendidikan.

Jarang seorang kiai yang terbuka akan pendidikan di luar pendidikan agama. KH. Mahfudz Ridwan peduli dengan tingkat keilmuan anak-anaknya (para santri) dan generasi muda, berpikir bahwa ilmu agama menjadi modal sebagai kunci pembuka untuk mendapatkan ilmu yang lain. sehingga ilmu agama dapat membentuk akhlak yang digunakan untuk pedoman, maka dalam menempuh pendidikan dilandasi akan niat mencari ridha Allah SWT.

Perjalanan Dalam Organisasi Politik

Beli Buku

Semasa hidupnya KH. Mahfudz Ridwan ikut berperan dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Kiprah beliau dalam dunia politik ditunjukkan ketika KH. Mahfudz Ridwan menjabat sebagai anggota DPRD dari partai PPP pada periode 1977-1982. Partai PPP sebagai ruang gerak  bagi KH. Mahfudz Ridwan dalam menjalankan visi misinya sebagai anggota DPR. Sebagai seorang pejabat beliau mengabdikan dirinya untuk kepentingan masyarakat. Dalam upaya mengayomi masyarakat, KH. Mahfudz Ridwan bukan hanya mengayomi umat Islam namun beliau berupaya berlaku adil dengan mengupayakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Pada tahun 1977, partai ini meraih 18, 745.565 suara (29,29 persen), sehingga mendapat 99 kursi di DPR, (27, 12 persen) dari total 360 kursi yang diperebutkan, pada pemilu 2009, PPP hanya mendapat 5,5 juta suara (5,32 persen) dengan 38 kursi DPR. Parpol-parpol utama pada saat pendirian, satu demi satu meninggalkan PPP dan mendirikan partai sendiri, demikian juga dengan ormas-ormas yang dulu bergabung. Kini terpencar meninggalkan partai  berlambang kabah ini.

Sebagai partai yang mengusung ideologi Islam membuat partai ini menjadi pilihan bagi warga di daerah pedesaan. Citra ideologi Islam memberi pengaruh bagi masyarakat untuk membangun negara berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Cerminan ideologi Islam tergambar pada lambang partai ini yang bergambar Ka’bah, kesan suci dan amanah dapat terlihat melalui lambang partai. Pada pemilihan tahun 1997 partai ini mendapatkan 99 kursi DPR dan dari 99 kursi KH. Mahfudz Ridwan merupakan salah satu yang menduduki kursi DPR.

KH. Mahfudz Ridwan memilih partai PPP sebagai alat mobilisasi politik disebabkan ideologi Islam yang diusung sejalan dengan pemikiran politiknya. Dengan pemerintahan yang ideal, diharapkan Indonesia dapat mengalami kemajuan dalam berbagai aspek. Beliau memiliki pandangan bahwa kemajuan bangsa akan tercapai apabila kepentingan rakyat terpenuhi.

Perjalanan Dalam Organisasi Agama

Dalam bidang keagamaan beliau memiliki inisiatif mendirikan pondok pesantren. Sebenarnya sebelum beliau mendirikan pesantren, beliau terlebih dahulu mendirikan wisma santri yang berfungsi sebagai tempat belajar bersama tentang ilmu-ilmu keagamaan. Pandangan mengenai arah pembelajaran agama dituangkan dalam pengajarannya di pesantren.

Karena sering ada program pelatihan yang digelar Yayasan Desaku Maju pada kurun 1979-1984, maka pada 1987-1988 dibangunlah pondok, sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

Pondok Pesantren tersebut diberi nama Edi Mancoro yang berasal dari dua kata, yaitu “Edi” dan “Mancoro”. Edi artinya bagus, dan Mancoro yang berarti bersinar. Bila digabung, artinya akan menjadi “sebuah pesantren yang diharapkan menjadi sinar yang bagus dan memancar ke seluruh penjuru dunia.”

Beli Buku

Pondok Pesantren Edi Mancoro resmi berdiri sejak Desember 1989 M. Pesantren ini terletak di Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dan menempati tanah seluas 3.000 m2. Saat diresmikan, pesantren ini memilki enam bangunan yang dikelilingi ribuan pohon salak pondoh yang rimbun.

Kalau tidak ada kegiatan, para santri belajar mengaji di sana. Awalnya hanya 10 orang. Tetapi setelah itu jumlahnya terus bertambah, sehingga lama-kelamaan berkembang seperti sekarang ini. Di Pondok Pesantren Edi Mancoro ini tak hanya diajarkan mengenai agama Islam, pelajaran agama lain juga diajarkan.

Pluralitas agama dijunjung tinggi, membekali santri sebagai pendamping masyarakat. Adapun wilayah kerja pesantren, awalnya terfokus pada dimensi religius yang bersifat normatif dan ekslusif daripada dimensi kemasyarakatan yang bersifat praktis, humanis, dan inklusif. Namun seiring berjalannya waktu yang menuntut dinamika masyarakat yang cepat dan beragam, selanjutnya pesantren ini pun hadir sebagai institusi yang responsif, proaktif, serta akomodatif. Di samping dimensi keagamaan, keberadaan Pondok Pesantren ini juga berusaha melakukan upaya yang berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan yang kompleks dan
pemberdayaannya. Semua itu dilakukan demi terbentuknya masyarakat yang madani, yakni masyarakat yang lebih mengutamakan keadilan, kebersamaan, dan menafikan sekat-sekat penghalang atas dasar agama, ras, suku, golongan, serta etnis yang selama ini ada dan hidup di tengah masyarakat.

Visi dan misi pondok pesantren, meliputi: “Membentuk santri yang berwawasan keagamaan secara mendalam dalam konteks ke-Indonesiaan yang plural.” Pesantren yang jaraknya dekat dengan Rawa Pening ini bersifat non profit, independen, dan mandiri dalam menentukan kebijakan dan garis perjuangannya.

Kontribusi Dalam Sosial Kemasyarakatan

Dalam kehidupan kemasyarakatan KH. Mahfudz berupaya memberi manfaat bagi warga desa Gedangan, dengan memberi arahan pada masyarakat desa untuk berpikir maju demi  terwujudkan kesejahteraan warga desa. Selain di kampus beliau juga banyak beraktivitas di social kemasyarakatan, sehingga dari situ beliau menjadikan Yayasan Desaku Maju. Yayasan Desaku Maju ini bergerak di inpowering people, kebudayaan masyarakat, penguatan perekonomian sebelum pondok ini berdiri dan lingkupnya umum tidak hanya di Desa Gedangan melainkan se- Jawa Tengah bahkan nasional.

Kepekaan beliau pada lingkungan sekitar membentuk karakter KH. Mahfudz Ridwan peduli dengan kehidupan masyarakat. Pandangan beliau yang hidup bermanfaat untuk orang lain mendorongnya untuk bergerak memberi arahan dan pendampingan pada masyarakat untuk berpikir maju dan berupaya untuk keluar dari kemiskinan. Dengan Forum Gedangan KH. Mahfudz Ridwan membentuk karakter masyarakat yang dapat berorganisasi dan peduli dengan kehidupan lingkungan masyarakat sekitar. Berfikir maju dan berusaha menjalankan pembangunan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan umum. Kontribusi beliau dalam kehidupan masyarakat ditunjukkan dengan berdirinya Yayasan Desaku Maju serta Forum Gedangan. Melalui organisasi-organisasi tersebut KH. Mahfudz Ridwan bergerak dengan mendorong swadaya masyarakat.

Melalui organisasi tersebut masyarakat Gedangan mulai menerima pelatihan serta advokasi-advokasi, hal inilah yang mendorong terjadinya mobilisasi masyarakat yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat di Gedangan. Masyarakat Gedangan mulai memahami bahwa keberadaan organisasi di tengah masyarakat merupakan hal yang penting, berkumpul dan mendiskusikan permasalahan di dalam masyarakat serta mencari solusinya. Secara ringkas jenjang karirnya beliau adalah :

Beli Buku
  1. KH. Mahfudz Ridwan LC sempat menjadi anggota DPRD Salatiga.
  2. Menjadi dosen UIN Salatiga dan Rektor UNU Surakarta.
  3. Mendirikan Forum Gedangan dan forum Lintas Iman Sobat. Beliau juga menjadi aktifis di Ansor dan di ke-Nu-an.
  4. Beliau juga mengikuti Forum Majma’ al-Buhutsan – Nahdilyah.
  5. Mendirikan latihan LSM Desa Ku Maju
  6. Masuk dalam jajaran Musytasyar PBNU.

Akhir Hayat KH. Mahfudz Ridwan

KH. Mahfudz Ridwan menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 76 tahun di Ruang Paviliun RSUD kota Salatiga, sekitar pukul 14.45 WIB. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga kompleks Pondok Pesantren Edi Mancoro, di Desa Gedangan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *