Madrasah Darul Ulum (16 Syawal 1353 H/ 22 Januari 1935 M ) merupakan Madrasah rintisan ulama Nusantara, yang terletak di Haramain. Di antara ulama Nusantara yang ikut mendirikannya adalah Sayyid Muhsin al-Musawa, Syaikh Zubair al-Filfulani, Syaikh Muhaimin al-Lasemi, Syaikh Husein al-Palimbani dan Syaikh Yasin al-Fadani.
Menurut Syaikhuna Maimoen bahwa Madrasah Darul Ulum mencapai puncak kejayaannya saat berada di bawah pimpinan Syaikh Yasin al-Fadani. Banyak ulama dari belahan dunia Islam yang berbondong bondong menghadiri halaqah keilmuannya yang diselenggarakan di madrasah tersebut.
Salah satu faktor yang membuat Darul Ulum maju dalam kepemimpinan Syaikh Yasin al-Fadani adalah disebabkan kealimannya. Ia dikenal alim yang mutafanninu, ahli dalam berbagai disiplin ilmu, terlebih ilmu sanad, yang tiada duanya, sehingga ia dijuluki sebagai musnid dunya. Ia mengajar dalam berbagai macam fan ilmu dan mempunyai karya dalam bidang ilmu tersebut.
Salah satu kegemaran Syaikh Yasin al-Fadani adalah mengkoleksi kitab-kitab, baik masih berupa manuskrip atau yang tercetak. Dikisahkan ia pernah membeli perpustaan milik mendiang Syaikh Baqir al-Jogjawi yang menyimpan banyak sekali kitab-kitab dalam bidang fan ilmu.
Banyak sekali karya dan koleksi Syaikh Yasin al-Fadani. Semua karyanya ini kebanyakan ditaruh di Maktabah Darul Ulum supaya para santri bisa mengambil intifa (manfaat) dari kitab tersebut.
Menurut sebagian cerita, kediaman Syaikh Yasin al-Fadani pernah mengalami musibah banjir, yang menyebabkan beberapa karya dan koleksinya lenyap.
Ada sebuah cerita, sebagaimana yang dikisahkan oleh Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A. bahwa tiga hari sebelum Syaikh Yasin al-Fadani kembali ke Rahmatullah (28-12-1410 H/23-07-1990), ia sowan (menjenguk) al-Fadani yang sedang sakit (kakinya terlihat bengkak karena penyakit gula). Al-Fadani ingin memberikan semua kitabnya yang berada di Maktabah Darul Ulum kepada Sayyid Said Agil.
Syaikh Yasin berkata kepada Sayyid Said Agil bahwa pertemuan ini adalah pertemuannya yang terkahir.. Sayyid Said Agil berusaha untuk menepis perasaan tersebut dan mendoakan agar sang guru dalam keadaan sehat dan diberikan umur panjang.
Apa yang dikatakan Syaikh Yasin al-Fadani menjadi kenyataan. Tiga hari setelah sowannya Sayyid Said Agil, al-Fadani kembali ke Rahmatullah. Serta, tiga hari setelah wafatnya al-Fadani, Madrasah Darul Ulum ditutup oleh Pemerintah Saudari Arabia sebab pengaruh kelompok Wahhabi (Albani cs). Tidak ada yang dapat mengakses maktabah tersebut kecuali mendapatkan izin pemerintah, yang tentunya ini sangat sulit sekali.
Karena saking banyaknya koleksi Syaikh Yasin al-Fadani, maka Sayyid Said Agil hanya mengambil sebagian. Hal ini disebabkan waktu itu, kondisi yang tidak memungkinkan sebab koleksi kitabnya di Makkah pada waktu itu sangat banyak, tentunya jika ditambah koleksi al-Fadani ini akan semakin bertambah banyak.
Sayyid Said Agil merasa menyesal sebab tidak mengiyakan apa yang dikatakan Syaikh Yasin al-Fadani. Ia baru sadar bahwa ucapan tersebut mengandung hikmah, ada pesan penting yang harus dipahami, seandainya tidak diselamatkan maka nasib maktabah tersebut akan memilukan. Namun, semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur.. Entah kemana koleksi al-Fadani dan Masyayikh Darul Ulum tersebut. Apakah dibakar, disimpan, atau diklaim menjadi karya rivalnya (khusus untuk karya al-Fadani yang masih berupa manuskrip).
Sebagai catatan, bahwa sebagian kitab kitab koleksi Darul Ulum, telah dikirim Syaikh Muhaimin al Lasemi (mudir Darul Ulum sebelum Syakh Yasin) ke Jawa, dengan cara dititipkan kepada orang jawa yang naik haji. Namun jumlahnya tidaklah banyak.
Yogyakarta, 12 November 2024
Amirul Ulum