/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

BIOGRAFI SANG PEJUANG GURU TAIP

Table of contents: [Hide] [Show]

  Oleh: Muhammad Ade Hamdoni

 

Kelahiran

Amak Taip atau yang di kenal oleh masyarakat Lombok Timur dengan sebutan Guru Taip, beliau lahir di desa Pejanggik, Praya Lombok Tengah pada bulan Mei tahun 1901 M.

 

Foto Guru Taip

 

Guru Taip anak tunggal dari seorang Patih di Kerajaan Pejanggik yaitu Patih Jumaya, dan Patih Jumaya memiliki garis keturunan Generasi ke 3 kepada kedatuan Pejanggik yang berdiri pada abad ke 16M sampai abad 17M, dan Kedatuan (kerajaan) Pejanggik termasuk Kerajaan terbesar di Lombok, yangberlokasi di Praya dan kerajaan nya meliputi seluruh wilayah Lombok tengah saat ini.

Beli Buku

 

Garis Keturunan

Guru Taip sejak kecil hidup di lingkungan keluarga yang taat beragama, ayah beliau selalu mengajarkan nilai nilai dasar agama Islam dalam kehidupan Guru Taip, dan ayah beliau bernama Patih Jumaya seorang Patih di sebuah kerajaan besar di Lombok, yaitu Kerajaan Pejanggik. Adapaun anak-anak dari Guru Taip berjumlah 7 orang, 2 tinggal Sumbawa, 1 tinggal Sulawesi, dan 4 tinggal di Lombok, anak beliau yakni:Inak Sanusi (Utan, Sumbawa), Mamiq Muhammad Rusdah (Utan, Sumbawa), Mamiq Rusli (Sulawesi), Inak Sholehah (Pringgesela Lotim), Mamiq Sumarto alias mamiq Nasib (Pringgesela Lotim), Mamiq Bukhori Muslim (Gangga KLU), dan Mamiq Muhidin (Pringgesela lotim).

 

Riwayat Pendidikan

Sebagai putra seorang tokoh bangsawan yang taat beragama, Ilmu yang pertama kali diserap dan dipelajari oleh Guru Taip adalah dasar-dasar Ilmu agama Islam seperti Ilmu membaca Al-Qur’an, Fiqh, Tajwid dan Ilmu lainya.Guru Taip dari lahir hingga usia dewasa mengabiskan sebagian waktunya di desa Pejanggik untuk menuntut ilmu agama di beberapa Tuan Guru di Lombok Tengah, salah satu guru beliau yaitu TGH Umar kelayu. Guru Taip banyak belajar Ilmu agama kepada TGH Umar Kelayu seperti Ilmu Tarekat, Tasawuf, Akidah dan lainnya.

 

Kiprah Amaq Taip

Beli Buku

Pada tahun 1925M ketika sudah menginjak usia dewasa beliau di utus untuk menyebarkan agama Islam di daerah Lombok Timur tepatnya di Sakra, dan beliau menikah dengan seorang wanita Sholehah dari desa Surabaya Lepak dan menetap di sana, sehingga beliau memiliki banyak murid dari Lombok Timur, beliau mengajarkan beberapa ilmu seperti ilmu Tarekat, Tasawuf, Akiqah dan lainnya.

Pada tahun 1939 M Guru Taip melanjutkan perjalanan mengajar ke daerah Pringgesela Lombok Timur, dan Guru Taib di kenal memiliki suara yang sangat merdu ketika azan maupun ketika membacakan ayat suci Al-Quran, beliau di kenal Muazzin di masjid Jami’ yang ada desa Pringgesela Lombok Timur, Atas jasa beliau di lombok timur, beliau akrab di sapa dengan sebutan Guru Taip. Waktu Guru Taip banyak di habiskan untuk mengajar di daerah Pringgesela, sehingga beliau menikah lagi dengan wanita sholehah asal Pringgesela, ketika beliau di Pringgesela inilah semangat juang mulai berkobar ketika melihat daerah asal nya di jajah oleh Belanda, sehingga beliau ikut berbaur dengan beberapa tokoh asal Pringgesela seperti Sayid Saleh yang menjadi pelopor juang Laskar Pringgesela, dan ikut membentuk Pasukan Jihad di Pringgesela.

Sebagai anak dari seorang Patih Guru Taib tak gentar dalam menghadapi Belanda maupun Jepang, berani mati selalu menjadi niat utama di dalam hati Guru Taib, beberapa kali pasukan Belanda menembak kan pistol nya ke arah Guru Taib akan tetapi tidak pernah mengenai tubuh nya, Guru Taib tidak mau menyerah terhadap Belanda karena jiwa dan raga Guru Taib sudah di hibahkan untuk Negara tercinta, bahkan menurut informasi Guru Taip pernah di tangkap akan tetapi selalu berhasil meloloskan diri dari dekapan Belanda.Pada saat menjadi Pasukan Jihad dari Pringgesela inilah yang membawa tekat dan semangat juang Guru Taip untuk mengusir penjajahan Belanda maupun jepang dari pulau Lombok.

Foto Surat Keputusan Gelar Kehormatan Veteran Guru Taip

Guru Taip tidak pernah absen dari beberapa peperangan dengan Belanda maupun Jepang, seperti pada penyerangan 7 Juni tahun 1946 M di Markas NICA di Selong, dimana pasukan rakyat dibawah pimpinan Sayyid Saleh, Haji Muhammad Faesal dan Abdullah,dengan persenjataan yang sangat sederhana menyerbu tangsi militer Belanda di Selong. Dalam penyerbuan itu ketiga pejuang tersebut gugurdan kuburannya dijadikan Taman Bahagia.Serangan ini mengalami kegagalan karena sudah diketahui oleh kaki tangan NICA. Demikian pula sebagian rakyat dipengaruhi dengan dalih bahwa laskar pemuda pejuangadalah gerombolan perampok yang akan merampok kota Selong dari berbagai penjuru. Dari kegagalan serangan itu, maka pimpinan-pimpinan laskar pejuang rakyat mulai mengatur siasat. Taktik dan siasat diubahdengan cara gerilya. Penyerbuan harus melalui rute yang aman dari kaki tangan penjajah. Dengan kesepakatan para pejuang yang bergabung dalam laskar rakyat. Penyerbuan untuk kedua kalinya dilakukan ke markas tentara Belanda di Kota Selong yang dilaksanakan pada tanggal 7 Juni1946 M.

Sayyid Saleh sebagai pemimpin pemuda pejuang dari Desa Pringgasela pada sore hari tanggal 7 Juni 1946 tersebut, bergabung dengan para pemuda pejuang dari Lendang Nangka, Danger, dan Dasan Lekong serta seluruh daerah yang tergabung dalam kelaskaran. Keseluruhan pemuda pejuang itu bergabung dengan para pejuang di bawah pimpinan Haji Muhammad Faesal di Bumbasari, sebelah selatan kota Selong. Penyerbuan markas tentara Belanda di Kota Selong (sekarang gedung juang 45) pada tanggal 7 Juni 1946 M, merupakan pertempuran yang tidak seimbang, karena para pemuda pejuang hanya bersenjatakan kelewang, golok, bambu runcing disertai dengan jiwa dan semangat juang yang tinggi dan rasa cinta tanah air untuk mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi. Tidak ada pilihan lain dari para pejuang dengan semboyan merdeka atau mati dari pada dijajah itulah yang ada di benak dan pikiran para pejuang. Dengan mengumandangkan bacaan takbir mereka pemimpin-pemimpin pejuang memasuki markas Belanda, dan membangunkan tentara Gajah Merah,karena jiwa kesatria para pejuang yang tidak akan membunuh musuh dalam keadaan tidur, ini sebagai sebuah strategi perang, logikanya para pejuang tidak melakukan penyerangan terhadap musuh yang sedang tidur, karena hal itu agar tidak disebut pecundang bagi para pejuang. Hal ini penting menjadi catatan untuk menunjukkan bahwa para pejuang adalah orang yang menghormati etika dalam peperangan. Hal ini patut menjadi teladan bagi generasi penerus sekarang ini.

Pertempuran berlangsung dengan sangat cepat, hanya dalam waktusekitar 15 menit karena keterbatasan persenjataan, para pejuangmengundurkan diri. Dalam pertempuran tersebut, 8 orang tentara Belanda tewas, sedangkan para pejuang yang gugur sebanyak 3 orang. Ketiga pejuang ini telah menjadi martil dari suatu pergolakan rakyatdalam mengusir penjajah.Ketiga pejuang yang gugur tersebut adalah Sayyid Saleh, TGH Muhammad Faesal dan Abdullah.Darah mereka telah meresap dalam tanah dimana sekarang ini berdiri Gedung Juang 45 yang merupakan sebuah gedung yang bersejarah di Lombok Timur. Setelah peristiwa 7 Juni 1946 yang dapat dikatakan gagal, tentara NICA mulai mengadakan pembersihan dengan melakukan penangkapan-penangkapan terhadap para pemuda pejuang terutama tokoh-tokoh yang berasal dari Pringgasela, seperti Guru Taip dan TGH Muhammd Thoyib yang sempat didatangi oleh tentara NICA ke rumahnya di Pringgasela. Ada yang menarik dari peristiwa ini, yaitu tentang diketahuinya beberapa tokohyang dianggap turut terlibat paling tidak mengetahui peristiwa penyerangan. Begitu pula dengan TGH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga sempat diperiksa oleh NICA karena kakak kandung dari TGH Muhammad Faisal.

Tahun 1945 M mundur nya penjajahan jepang atas Indonesia akibat kekalahannya di perang dunia ke 2, dan Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan nya pada tanggal 17 Agustus yang di bacakan langsung oleh Bapak Ir. Sukarno, pada tahun 1946 M Belanda kembali datang ke Indonesia ingin kembali menjajah akan tetapi semua masyarakat Indonesia pada saat itu menolak kedatangan Belanda, lebih khusus masyarakat Lombok, bahkan Amaq Taib atau Guru Taib menjadi sosok yang di incar oleh tentara Belanda, sehingga beliau melarikan diri dan bersembunyi ke gunung hingga 7 hari lamanya, dengan mengkonsumsi dedaunan untuk menyambung hidup nya.

Beberapa sumber menceritakan ketika wafatnya TGH Muhammad Faisal adik dari TGKH Zainuddin Abdul Madjid di Medan Pentempuran ketika penyerangan terhadap Markas Belanda di Selong, Guru Taip lah yang menggendong jasad dari TGH Muhammad Faisal, dan membawa nya pulang ke keluarga, ketika beliau mengetahui TGH Muhammad Faisal syahid, beliau mengambil darah TGH Muhammad Faisal dan mengusap di seluruh tubuh Guru Taip, agar tentara Belanda mengira Guru Taip juga ikut syahid, ketika tentara Belanda sudah pergi dari Medan pentempuran kembali ke Markasnya, barulah Guru Taip menggendong jasad TGH Muhammad Faisal untuk membawanya pulang.

Beli Buku

Atas jasanya dalam mengusir penjajahan Belanda dan Jepang beliau di anugerahi sebagai Pahlawan Nasional asal Pringgesela Lombok Timur pada 31 Juli tahun 1982 M, oleh Kementrian Pertahanan di era Kepresidenan Suharto.

Kembali ke Rahmatullah

Umur Guru Taip hampir sepenuhnya dihabiskan untuk menuntut ilmu, mengajar dan berjuangan dalam melawan penjajah Belanda maupun Jepang, Guru Taip mengalami sakit hingga beliau wafat pada tanggal 7 April 1960 M. Kabar tentang wafat Guru Taip membuat duka mendalam bagi keluarga, sabahat dan murid-murid. Jenazah beliau di makamkan di pemakaman umum Desa Pringgesela Lombok Timur.

 

 

 

Sumber Refrensi

Kutoyo, S. (1980). Sejarah Revolusi Kemerdekaan, 1945-1949 Daerah Nusa

Tenggara Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Beli Buku

Wacana, L. (1988). Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Wacana, L., Ismail, A. W. H., & Sumpeno, J. (1991). Sejarah Kebangkitan

Nasional Nusa Tenggara Barat.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Sumber Wawancara

Bukhari Muslim

Khaeruni

Beli Buku

 

 

 

 

Biografi Penulis

Muhammad Ade Hamdoni, SH lahir di Sumbawa besar, 5 Juli1996. Anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan, Muhammad Amin Rusdah (ayah), Nurul Jannah (ibu). Lulus dari SDN 7 Utan Sumbawa tahun 2009, lalu pada tahun 2009-2012 belajar di pondok Pesantren Al-Hikmah Utan Sumbawa di bawah asuhan Kyai Sihabuddin,pada tahun 2012-2015 menyelesaikan sekolah di SMAN1 Utan Sumbawa, kemudian tahun 2015 melanjutkan pendidikanS-1 Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) pada Fakultas Syariah  UIN Mataram-Nusa Tenggara Barat, Lulus pada tahun 2019,Selama menjadi Mahasiswa S-1 penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan Seperti Forum Komuniksi mahasiswa Mataram Sumbawa (FOKMAS)UIN Martaram, dan menjabat sebegai Sekretaris Umum,  Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisarias UIN Mataram, 2015- sekarang, Anggota Badan Kegiatan Seni Mahasiswa (BKSM) UIN Mataram, 2016- sekarang, Ketua Bidang Pendidikan Keilmuan dan Kajian Hukum Islam di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Jurusan Mumalah Fakultas Syariah UIN Mataram, 2017-2018, Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakutas Syariah UIN Mataram, 2018-2019, Anggota Ikatan Keluarga Pemuda Pelajar Mahasiswa (IKPPM) Utan-Mataram, 2015-sekarang, Pendiri sekaligus Ketua Umum Peratama Ikatan Keluarga Mahasiswa Utan (IKMU) Sumbawa Komisariat UIN Mataram, 2017-2018.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *