/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Berkahnya Santri Berkhidmah Kepada Kiai

Oleh: Ni’amul Qohar

“Bagiku, santri yang senang berkhidmah lebih baik daripada santri yang rajin (belajar)”, dawuh Abuya Assayyid Muhammad Alawi Almaliki Alhasani.

Di dunia pesantren, bagi santri tidaklah asing lagi dengan sebutan khidmah/ berkhidmah. Belajar secara terus-menerus bisa membuat santri menjadi pintar, tetapi kalau tidak berkhidmah menjadi kurang afdhol dalam prosesnya tolbalul ilminya. Bisa jadi tidak akan mendapatkan berkahnya ilmu yang membuat santri tambah menjadi baik serta bermanfaat. Mendapatkan ilmu yang bermanfaat saja, tentu tidaklah cukup bagi santri, harus di dalamnya ada keberkahan. Ketika berkah sudah menyelimuti kehidupan santri, pasti ke depannya akan jauh lebih baik. Ziyadah al-khair ba’da khair.

Di pesantren, para santri diajarkan mengenai beberapa syarat agar bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah. Syarat tersebut sudah terekam di dalam kitab Ta’lim Muta’alim karangan Syaikh Burhanuddin Az-Zanurji (w. 593) :

اَلاَ لاَتَنَــــالُ الْعِـــلْمَ اِلاَّ بِســــــِتَّةٍ  ۞  سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ    ۞   وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Ingatlah untuk mendapatkan ilmu harus memenuhi enam rukun yang akan aku tuturkan semuanya dengan penjelasannya.

Beli Buku

Cerdas (atau bisa berarti bersungguh-sungguh), tamak (tidak pernah puas dengan ilmu yang didapat), sabar dan tabah, biaya, petunjuk guru, waktu yang lama.

Selain enam syarat mutlak di atas. Syaikh Burhanuddin Az-Zanurji di dalam kitab yang sama juga menambahi beberapa syarat berikutnya yaitu: harus memantapkan niat yang baik, memilih guru yang tepat, memilih ilmu, memilih teman, bersifat tawadlu’, wara’, tawakkal, menjauhi perselisihan. Ditambah lagi harus beradab (tata karma); adab terhadap guru, kitab, berdoa, mendengarkan, berdiskusi, bersyukur, bangun malam, memperbanyak dzikir, sholat dan lain-lain.

Setelah seorang santri mendapatkan ilmu. Tahap selanjutnya yang harus dilalui adalah mengamalkan ilmu tersebut, yang diartikan manfaat untuk dirinya sendiri. Di mana pada tahap ini para santri berperilaku sesuai ilmu yang didapatkan. Beribadah kepada Allah SWT, berhubungan dengan orang lain, merawat alam (dunia), yang semuanya dikerjakan oleh santri berlandaskan dengan ilmu.

Selanjutnya masuk pada tahap ilmu yang memberkahi. Di sinilah santri dituntut untuk tidak hanya bermanfaat ilmunya tetapi juga berkah. Pada tahap ini untuk mendapatkan ilmu yang berkah diperlukan adanya khidmah. Di pesantren berkhidmah memiliki arti melayani, rela berkorban untuk orang lain. Para santri akan belajar ikhlas melayani teman, guru-guru (asatidz), terlebih keluarga ndalem (dzuriyah masyayikh). Lebih luas lagi berkhidmah juga dapat diartikan melakukan bersih-bersih di pesantren dan lain sebagainya.

Begitulah proses belajar santri di pesantren. Yang selain belajar dengan tekun sesuai tuntunan agama. Harus melakukan khidmah agar ilmunya berkah. Dulu salah satu guru al-faqir di pesantren mengibaratkan santri yang berkhidmah atau menuntut ilmu di pesantren seperti halnya proses pembuatan genteng (atap rumah yang terbuat dari tanah).

Proses pembuatan genteng diawali dengan mencari tanah yang terbaik. Santri diibaratkan seperti tanah terlebih dahulu, tanah pilihan yang kelak akan dijadikan genteng. Orang yang mau nyantri tidaklah sembarang. Ia memiliki panggilan hati (petunjuk) entah melalui dirinya sendiri maupun lainnya. Setelah proses pemilihan tanah yang terbaik. Baru masuk tahap penggemblengan pembuatan genteng, yang meliputi penggilingan, pencetakan, pengeringan yang bisa dilakukan dengan dijemur (panas matahari) atau dipanasi dengan api. Dilanjutkan tahao pengahalusan dan pengeringan supaya kualitas gentingnya menjadi terbaik. Baru tahap akhir yaitu perapian bentuk genteng.

Begitupun proses yang di alami oleh santri di pesantren. Santri merupakan orang pilihan dari Allah SWT yang diberi petunjuk untuk belajar di pesantren. Di sana para santri akan dididik, digembleng, serta dibentuk. Artinya di pesantren, santri akan dikontrol segala aktivitasnya. Diwajibkan belajar, mengikuti sekolah madarasyah/ pendidikan formal, ngaji, setoran hafalan, berkidmah, mentaati semua peraturan dan lain sebagaimana. Inilah proses penggemblengan yang di alami oleh santri. Setelah lulus penggemblengan, barulah santri mulai terjun di masyarakat. Ikut berjuang di tengah mereka sesuai dengan bidangnya. Ketika ia di pesantren ikut berkhidmah pasti akan mendapatkan ilmu yang berkah. Sehingga letika berdakwah di masyarakat akan mudah diterima, serta diberi jalan yang terbaik oleh Allah SWT.

 

Beli Buku

Sumber Rujukan

Muhammad Thom Afandi, “Ngopi Di Pesantren, Renungan dan Kisah Inspiratif Kiai dan Santri”, Aghitsna, Kediri, 2015.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *