/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Kisah Kidang Telangkas: Kiai Ageng Tarub

Oleh: Ni’amul Qohar

Jika berziarah di makam Ki Ageng Tarub, nanti akan bertemu sebuah papan di gerbang pintu masuk pemakaman yang bertuliskan “Kidang Telangkas”. Itu merupakan nama Ki Ageng Tarub ketika usianya masih kecil. Bapaknya bernama Syaikh Maulana Magribi dan Ibunya bernama Dewi Ratna Dumilah. Sang ibu merupakan keturunan dari Adipati Tuban yang bernama Arya Adikira. Waktu itu Dewi Ratna Dumilah dititahkan oleh sang Rama-nya (Bapak) untuk melakukan pertapa ngidang, yaitu pertapaan dengan mengikuti cara hidup seekor kijang di dalam sebuah hutan. Mulai dari makan dan minumnya diambil langsung dari hasil alam, sampai tidurnya juga di hutan.

Di suatu hari Syaikh Maulana Magribi yang juga sedang melakukan pertapaan bertemu dengan Dewi Ratna Dumilah. Karena merasa takut bertemu dengan orang baru dan asing, ia melarikan diri. Syaikh Maulana Magribi mengejarnya sampai dapat. Akhirnya mereka bisa bertemu dan saling bercerita tentang latar belakang kehidupannya. Hal ini menjadi pembuka awal kisah asmara di antara mereka. Karena sudah timbul perasaan cinta, serta atas bantuan dari salah satu santri Syaikh Jumadil Kubra yang berada di daerah sekitar, mereka dinikahkan.

Singkat cerita, pernikahan yang sudah berjalan agak lama ini membuat Dewi Ratna Dumilah mengandung. Kejadian tersebut membuat Dewi Ratna Dumilah merasa takut karena telah melanggar perintah Rama-nya. Memasuki usia ke-lima bulan kandungan, ia pulang ke Tuban tanpa berpamitan dengan Syaikh Maulana Magribi.

Sesampainya di Tuban, Rama-nya marah besar melihat apa yang dialami oleh Dewi Ratna Dumilah. Ia tidak mau menerima anaknya di istana lantaran hamil yang tanpa diketahui siapa suaminya. Adipati Arya Adikira menyuruh Dewi Ratna Dumilah untuk melahirkan di luar daerah Tuban jika mau anaknya tidak dibuang, selain itu beliau disuruh memberikan anaknya kepada bapak kandungnya.

Dalam pertengahan perjalanannya untuk bertemu sang suami, ia melahirkan atas bantuan pelayan wanita yang menemaninya dari Tuban. Ia melahirkan di dalam sebuah gubug yang berada tidak jauh dari gubugnya Syaikh Maulana Magribi. Lalu bayi tersebut diserahkan kepada Syaikh Maulana Magribi yang diletakan di dalam peti mas yang ukirannya indah sekali.

Syaikh Maulana Magribi sangat kebingungan bagaimana merawat bayi yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Ia teringat bahwa di salah satu pedukuhan yang tidak jauh dari gubugnya ada seorang janda yang tidak memiliki anak. Beliau mengetahui kebiasaan si janda yang sering kali datang ke makam suaminya.

Beli Buku

Diletakanlah peti mas yang berisi bayi tersebut di dekat kuburan sang suami si janda tadi. Di dalam peti sudah diberi tulisan yang isinya pesan untuk memberi nama Kidang Telangkas kepada si jabang bayi. Si janda sangat senang mendapatkan anak, ia mengira kalau anak ini merupakan pemberian dari suaminya yang sudah meninggal. Janda tersebut bernama Nyi Ageng Kasihan.

Nasab Kidang Telangkas dari jalur ibunya yang merupakan masih keturunan Adipati Tuban. Sedangkan Adipati Tuban merupakan anak Ki Ageng Kasihan (suami si Janda) yang menjadi bapak angkat Kidang Telangkas. Nama asli Ki Ageng Kasihan yaitu Ki Arya Penanggungan putra Arya Galuh (Bangsawan Pajajaran: Kerajaan Sunda). Karena suatu masalah (pertikaian), Ki Ageng Kasihan pergi ke daerah Majapahit. Ketika berlayar ke Majapahit, ia membawa seorang anak laki-laki.

Tuban waktu itu menjadi  tempat pelabuhan. Di sana Ki Arya Penanggungan menitipkan anaknya kepada pembesar Tuban. Lantas ia pergi ke suatu daerah dengan menyembunyikan identitas aslinya dengan mengubah nama menjadi Ki Ageng Kasihan, lalu ia menikah dengan Nyai Ageng Kasihan.

Putra beliau yang dititipkan di Tuban itu telah ikut mengabdi sebagai pejabat, lalu ia dinikahkan dengan keturunan Ranggalawe. Ia dikenal oleh masyarakat dengan gelar Adipati Arya Adikira, bapaknya Dewi Ratna Dumilah yang menjadi ibu kandung Kidang Telangkas.

Di suatu hari terjadi suatu peristiwa yang hampir sama dengan peristiwa pertemuan antara ayah dengan ibunya, di tempat yang sama pula, Kidang Telangkas bertemu dengan Syaikh Maulana Magribi dan mendapat beberapa pesan atau hadiah di antaranya; Kidang Telangkas telah diberikan sebuah tombak yang diberi nama Kyai Plered, sebuah sumpit yang diberi nama Tulub Tunjung Lanang, beliau juga mendapatkan pesan dari ayahnya jika nanti kalau sudah memiliki istri disuruh menggunakan gelar Ki Ageng Tarub.

 

Sumber Rujukan

Damar Shashangka, Kisah Nusantara Yang Disembunyikan, Dolphin, Jakarta Selatan

Beli Buku
Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *