/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Pertandingan Nabi Musa AS dengan Ahli Sihir dalam Tafsir Syaikh Imam Nawawi al-Bantani

Oleh: Ni’amul Qohar   

Nama Nabi Musa AS telah disebutkan lebih dari 130 kali di dalam Al-Qur’an . Ia memiliki banyak kisah yang sangat menarik serta menakjubkan yang Allah SWT turunkan di dalam Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Sejak saat dirinya baru dilahirkan, yang mana waktu itu orang-orang suruhan Fir’aun membunuh anak laki-laki dan membiarkan hidup anak perempuan. Akibat kebijakan Fir’aun ini, Ibu Musa menghanyutkan Musa yang masih bayi di Sungai Nil setelah diletakan di dalam sebuah peti. Tentunya masih banyak kisah yang lainnya tentang Nabi Musa AS di dalam Al-Qur’an.

Salah satu ceritanya lagi yang baru didapatkan oleh penulis setalah ngaji tafsir Al-Munir Marah Labid karya Syaikh Imam Nawawi al-Bantani dengan Kiai Amirul Ulum, yaitu kisah Nabi Musa dengan Para Penyihir.

Nabi Musa AS menjadi utusan Allah SWT dengan membawa ayat serta bukti yang kuat sebagai mukjizat yang luar biasa untuk menunjukan kebenaran risalah yang dibawanya. Semua ayat dan bukti kebenaran itu untuk menghadapi Fir’aun. Menurut Imam Nawawi al-Bantani, nama aslinya Fir’aun yaitu Qabus, ada yang mengatakan juga bahwa Fir’aun bernama al-Walid ibnu Mus’ab ibnu Rayyan. Ia merupakan penguasa Mesir pada masa Nabi Musa AS, Ia berkuasa selama 400 tahun, sedangkan panjang usianya mencapai 620 tahun, selama masa hidupnya itu, ia tidak pernah mengalami sakit, demam, kelaparan dan lain sebagainya. Hal ini lah yang menjadikannya mengaku sebagai Tuhan bagi para pemuka kaumnya. Arti para pemuka yaitu orang-orang yang diperbudak oleh Fir’aun, para pengikut dan pecinta kekuasaan.

Fir’aun menjadi penguasa yang sangat dzolim dengan memperbudak manusia serta membuat kerusakan di muka bumi. Mereka bersikap ingkar sebagai penutup dari sikapnya mengakui kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa AS. Menjadi kafir sebagai pengganti dari iman, hal itu dinyatakannya melalui keingkarannya terhadap ayat-ayat Allah SWT yang sudah jelas.

Nabi Musa AS berkata kepada Fir’aun, “Wahai Fir’aun! Raja Mesir!, sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan Semesta Alam. Tuhan yang menguasai segala sesuatu, menciptakan dan mengatur segalanya. Aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil untuk pergi bersamaku.”

Waktu itu Bani Israil menjadi tawanan Fir’aun yang telah disiksa diperlakukan sebagai budak serta ditindas dijadikan pelayan. Nabi Musa AS ingin membawanya pergi ke Baitul Maqdis (Palestina) yang merupakan tanah kelahiran nenek moyang mereka guna menyembah Tuhan mereka. Karena mereka adalah anak cucu dari seorang nabi mulia, yaitu Israil atau Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim, kekasih Allah yang Maha Pengasih.

Beli Buku

Peristiwa ini terjadi semenjak Nabi Yusuf AS wafat dan seluruh keturunan Nabi Ya’qub AS telah punah. Sehingga membuat Fir’aun menguasai keturunan Bani Israil dan memperbudak mereka. Allah SWT menyelematkan kaum ini melalui diutusnya Nabi Musa AS. Rentang waktu antara masuknya Nabi Yusuf dengan masuknya Nasbi Musa ke negeri Mesir adalah 400 tahun.

Fir’aun menjawab Nabi Musa AS, “Jika benar kamu membawa suatu bukti, maka datangkan lah bukti itu jika betul kamu termasuk orang-orang yang benar.” Kemudian Nabi Musa AS menjawab tantangan tersebut dengan melempar tongkat yang dipegang dengan tangan kanannya ke tanah, tepat di depan Fir’aun. Kemudian tongkat tersebut berubah menjadi seekor ular jantan yang besar dan bisa bergerak-gerak layaknya hidup.

Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya, maka bisa berubah menjadi ular yang berbulu seraya mengangkat mulutnya yang jarak di antara kedua rahangnya kurang lebih delapan puluh hasta. Ular tersebut meletakkan rahang bawahnya di tanah, sedangkan rahang atasnya di atas istana. Kemudian ular itu merayap menuju ke tempat Fir’aun untuk menelannya, dengan cepat Fir’aun lari ketakutan menjerit seraya mengatakan, “Hai Musa, aku memohon kepadamu dengan nama Tuhan yang telah mengutusmu, tangkaplah ular besar itu, dan aku akan beriman kepadamu serta melepaskan kaum Bani Israil untuk pergi bersamamu.” Lalu Musa menangkap ular itu, dengan seketika bisa berubah menjadi tongkat seperti semula.

Selain mukjizat di atas, Nabi Musa AS juga mengeluarkan tangannya dari dalam balik kerah baju gamisnya, tiba-tiba tangannya itu berubah menjadi putih bercahaya melebihi sinar cahayanya matahari yang sangat terang terlihat dengan jelas oleh mereka. Melihat mukjizat ini, para pembesar kaum Fir’aun yang sedang melakukan musyawarah berkata “Sesungguhnya Musa adalah ahli sihir yang pandai.” Mereka juga berkata kepada Fir’aun, “Bahwa dia (Musa) hendak mengusir kamu (Fir’aun) dari negerimu yaitu Mesir. Lantas apakah yang kamu anjurkan.” Kalimat ini dikatakan oleh Fir’aun kepada para pelayannya yaitu para pembesar kerajaan. Atau sebaliknya kerena sesungguhnya para pengikut itu menyerahkan perintah dan larangan kepada keputusan yang diambil oleh Fir’aun. Kemudian mereka mengemukakan pendapatnya untuk memberikan tantangan terhadap Nabi Musa AS. Yaitu dengan cara mendatangkan para ahli sihir yang berada di berbagai daerah pedalaman Mesir.

Setelah didatangkan ahli sihir oleh para pembesar kerajaan. Mereka ahli sihir berkata kepada Fir’aun, “Apakah kami akan mendapatkan upah atas kemenangan kami ?” Fir’aun menjawab “Ya, sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisiku.”

Pertandingan pun dimulai. Ahli Sihir berkata, “Wahai Musa! Kamu kah yang akan melempar tongkatmu terlebih dahulu ? Ataukah kami yang akan melemparkannya, yaitu tali-tali dan tongkat-tongkat yang ada pada kami ?” Para ahli sihir memakai etika yang baik dalam pertandingan ini. Kerena telah mempersilahkan Nabi Musa AS untuk lebih dahulu, maka Allah memberikan mereka rezeki berupa iman berkat etikanya ini.

Nabi Musa AS menjawab, “Lemparkanlah lebih dahulu apa yang hendak kalian tampilkan.” Ketika tongkat-tongkat itu dilemparkan oleh para ahli sihir, telah membuat pandangan mata orang yang hadir berpaling dari hakikat kebenaran. Sehingga para hadirin menyaksikan sebuah kejadian yang menakjubkan, padahal tidaklah begitu melainkan tipu daya belaka.

Menurut salah satu pendapat bahwa para ahli sihir itu mendatangkan tambang-tambang dan tongkat-tongkat yang sebelumnya mereka lumuri dengan air raksa. Serta bagian dalamnya tongkat tersebut sudah mereka masuki air raksa pula. Kemudian ketika terkena panas sinar matahari tambang dan tongkat tersebut bisa bergerak dan menggulung-gulung dengan sendirinya. Tipu muslihat para sihir ini telah membuat orang awam menjadi ketakutan dan takjub.

Beli Buku

Berikutnya ahli sihir yang sudah professional juga menampilkan aksinya yang begitu besar di hadapan Nabi Musa AS dan Bani Israil. Ia menampilkan sebuah tali dan tongkat yang dibawa tiga ratus ekor unta, talinya sangat besar dan balok-balok kayunya sangat panjang, lalu semuanya itu disulap oleh ahli sihir seakan-akan menjadi ular yang banyak jumlahnya, sehingga memenuhi arena pertandingan dengan keadaan saling tumpang-tindih.

Sekarang giliran Nabi Musa AS yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk melemparkan tongkatnya. Setelah dilemparkan tongkatnya berubah lah tongkat Nabi Musa AS seekor ular yang sangat besar yang juga memenuhi arena pertandingan. Ular besar itu telah memakan tali-tali dan tongkat-tongkat para ahli sihir. Kemudian ular tersebut dipegang oleh Nabi Musa sehingga berubah menjadi tongkat kembali.

“Oleh karena itu, terbuktilah kebenaran dan batallah segala yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-A’raf ayat 118)

 

Wallahu ‘alam bishowab..

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *