/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Rahasia Angka Tujuh Menurut Para Ulama

Oleh: Ni’amul Qohar

Angka tujuh termasuk bilang yang sangat istimewa, sehingga sering kali disebut di dalam Al-Qur’an. Biasanya angka ini digunakan untuk penyebutan jumlah langit, bumi, bintang, hari serta anggota tubuh manusia. Imam Nawawi al-Bantani di dalam kitab tafsirnya, Marah Labid memberikan penjelasan mengenai angka tujuh. Beliau memberi tafsirkan pada angka tujuh puluh yang terdapat di dalam surah at-Taubah ayat: 80.

إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً فَلَنْ يَّغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ

(Meskipun kamu (Nabi Muhammad SAW) memohonkan ampunan bagi mereka (orang munafiq) tujuh puluh kali, namun Allah SWT sekali-kali tidak akan memberikan ampunan kepada mereka).

Menurut Imam Nawawi al-Bantani bahwa kata sab’ah (tujuh), sab’in (tujuh puluh), sab’umi’ah (tujuh ratus) serta dalam jumlah yang lebih banyak lagi memiliki makna yang sama. Sebab menurut orang Arab kata sab’ah mengandung jumlah bilangan satuan. Sehingga ia (angka tujuh) dapat mewakili seluruh bilang yang ada. Kedudukan angka tujuh merupakan satuan dari puluhan, sedangkan bilangan tujuh puluh merupakan satuan dari ratusan, dan bilangan tujuh ratus merupakan satuan dari ribuan hingga jutaan. Kata tujuh puluh menurut orang Arab merupakan bilangan yang paling banyak, karena dianggap sebagai gabungan dari bilangan tujuh sebanyak puluhan kali.

Angka tujuh juga menunjukan pengertian mubalaghah (intensifikasi), bukan suatu pembatasan. Orang Arab biasa menyebutkan angka tujuh, tujuh puluh dan tujuh ratus, namun yang dimaksudkan adalah untuk menunjukan jumlah yang besar, bukan mengacu pada angka tujuh secara harfiah belaka. Angka tujuh yang memiliki banyak keistimewaan itu membuat Syaikh Abi Nashr Muhammad bin Abdur Rahman al-Hamdani menulis sebuah kitab khusus tentang angka tersebut. Kitab karangannya yaitu “As-Sab’iyyat fi Mawa’idh al-Bariyyat” (Nasihat Tujuh kepada Makluk Bumi).

Al-Hamdani di dalam kitabnya sengaja menyusun tujuh bab yang menjelaskan peristiwa penting yang terjadi di dalam tujuh hari (Sabtu sampai Jumat), yang bisa diambil hikmahnya. Beliau juga menyampaikan tujuh dalil naqli muapun aqli perihal keistimewaan angka tujuh.

Beli Buku

Pertama, Allah SWT menciptakan tujuh lapis langit yang dihiasi dengan keindahan bintang-bintang. Sebagaimana fiman Allah di dalam surat An-Naba’ ayat 12 dan al-Hijr ayat 16.

Kedua, Allah SWT menghiasi bumi dengan adanya tujuh daratan dan lautan. Sebagaimana Firman Allah yang ada di dalam surah ath-Thalaq ayat 12, dan Luqman ayat 27.

Ketiaga, Allah SWT menciptakan 7 lapis neraka yaitu neraka Jahannam, Sa’ir, Saqar, Jahin, Hathmah, Ladza, dan Hawiyah. Nereka tersebut juga telah disediakan tujuh pintu sebagaimana Firman Allah di dalam surah Al-Hijr ayat 44.

Keempat, Allah SWT menghiasi Al-Qur’an dengan adanya tujuh jenis bacaan dan tujuh ayat dalam surah Al-Fatihah (umul qur’an) yang sering dibaca serta menjadi rukun sah shalat. Sebagaimana Firman Allah dalam surah al-Hijr ayat 87:

“Dan sesungguhnya, kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agaung,”

Kelima, Allah SWT menghiasai manusia dengan tujuh anggota tubuh yang dihiasi dengan tujuh macam ibadah, yaitu 2 (dua) tangan untuk berdoa, 2 (dua) kaki untuk berkhidmah dalam kebaikan, 2 (dua) lutut untuk bersimpuh kepada Allah, dan 1 (satu) wajah untuk bersujud kepada Allah.

Keenam, Allah SWT menjadikan umur manusia menjadi tujuh masa, yaitu radli (masa menyusui), fathim (masa penyapihan), shabiy (masa kanak-kanak), ghulam (masa remaja), syab (masa pemuda), kahl (masa dewasa), dan syaikh (masa tua).

Syaikh Maimoen Zubair, ulama ahli tafsir asal Nusantara memiliki konsep pemikiran tersendiri mengenai angka tujuh. Tafsirnya beliau mengenai angka tujuh ini membahas tentang perkembangan manusia yang disesuaikan dengan tingkatan rahasia umur. Menurut Syaikh Maimoen, kapan sudah masanya per-tujuh tahun pasti akan berubah. Ketika berumur tujuh tahun maka seseorang harus sudah sekolah. Tujuh tahun berikutnya yaitu 14 tahun, maka harus sekolah lanjutan. Tujuh tahun lagi (21 tahun), maka harus sudah sekolah tinggi. Tujuh tahun berikutnya (28 tahun), maka harus sudah menikah.

Beli Buku

Tujuh tahun berikutnya (35 tahun), maka harus memiliki pekerjaan. Tujuh tahun berikutnya (42 tahun) seseorang akan terlihat tetang nasibnya kaya atau miskin, maksudnya dapat dijadikan tolak ukur apakah orang tersebut di masa yang akan mendatang menjadi orang kaya atau miskin. Tujuh tahun berikutnya (49 tahun) sudah habis usianya, antara meninggal atau masih hidup. Tujuh tahun berikutnya (56 tahun) tidak bisa kemana-mana, artinya menetap pada suatu tempat karena hidupnya sudah mapan semuanya. Tujuh tahun berikutnya (63 tahun) memasuki usia meninggal dunia, jika masih hidup itu berarti memiliki keutamaan berumur panjang. Tujuh tahun berikutnya (70 tahun) sudah sangat tua yang memiliki usia panjang. Tujuh tahun berikutnya, yaitu berusia 77 tahun, maka akan kembali ke hitungan awal lagi yang di mulai dari 70. Sebab dalam penjumlahan sebelumnya tidak ada angka tujuh sama sekali kecuali yang dimulai dari angka 70. Itulah yang dinamakan akan kembali ke hitangan awal, dari angka 7 awal sampai 77 tidak ditemukan angka 7. Baru dari 70 lagi akan dimulai hitungan misteri umur tersebut.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *