Oleh: Amirul Ulum
Sebagian kalangan menganggap pujian tersebut tidak ada rujukannya, dengan entengnya ketika sudah tidak menemukan ibarat, menganggap bahwa itu bid’ah, syirik, dll.
Ulama Jawa terdahulu jika ingin melakukan sesuatu, maka mereka melakukan olah rasa, tirakat, uji coba yang mendalam, sehingga akan melahirkan hasil yang maksimal, salah satunya adalah masalah tembang atau gending yang diakulturasikan dengan budaya Jawa, semisal Saben Malem Jumat Ahli Kubur Tilek Omah.
Sholli Wasallim daaiman ‘alah mada..
Wal ‘Ali Wal Ashabi Mang Qodwa hada.. 2 x
Saben malem jumat ahli kubur mulih nang umah
Setiap malam jum at ahli kubur pulang ke rumah

kanggo njaluk dungo wacan quran najan sak kalimat
untuk meminta doa bacaan qur’an walaupun satu kalimat
lamun ora dikrimi banjur bali mbrebes mili
kalau tidak dikirimi lalu pulang menetes(air matanya)
bali nang kuburan mangku tangan tetangisan
pulang ke kuburan memangku tangan menangis
Kebacut temenan ngger anak turunku
Sungguh keterlaluan nak,anak keturunku

kowe ora wirang podo mangan tinggalanku
kamu tidak malu memakan peninggalan ku
lamun aku biso bali neng alam ndunyo
kalau aku bisa kembali ke alam dunia
bakal tak ringkesi donyoku seng iseh ono
akan kukemasi harta ku yang masih ada
Orang mukmin yang sudah meninggal, maka mereka akan berkunjung di kediaman keluarganya di malam jumat atau malam-malam tertentu. Apakah keluarganya berkenan mendoakan mereka atau tidak. Jika iya, alangkah bahagianya mereka. Jika tidak, mereka sangat sedih dan kembali dengan nelangsa.
Dalam hamisynya kitab Daqaiqu al-Akbar (al-Duraru al-Hasanatu), Syaikh Abdurrahim ibn Ahmad mengutip sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

عن ابن عباس رضي الله عنهما اذا كان يوم العيد ويوم العشر ويوم ويوم الجمعة الأولى من شهر رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الجمعة يخرج الأموات من قبورهم ويقفون على أبواب بيوتهم ويقولون ترحموا علينا فى هذه الليلة بصدقة ولو بلقمة من خبز فإنامحتاجون إليها فإن لم يجدوا شيأ يرجعون بالحسرة
“Dari Ibnu Abbas RA bercerita bahwasanya jika tiba hari raya idul fitri, hari asyura, malam jumat pertama di bulan rajab, malam nishfu syaban, dan setiap malam jumat, maka orang-orang yang sudah meninggal keluar dari kuburannya. Mereka mendatangi rumahnya dan berdiri di depan pintu rumahnya seraya berkata, “belas kasihanilah kami di malam ini dengan memberikan sedekah walaupun dengan sepotong roti, sungguh kami sangat membutuhkan itu. Ketika mereka tidak mendapatkan itu, maka mereka kembali ke kuburannya dengan penuh kesedihan.”
Yang dimaksud memberikan sedekah adalah keluarga ahli warisnya bersedekah yang pahalanya dihadiahkan kepada mereka atau juga bisa dilakukan dengan cara mendoakan mereka dengan membacakan al-Qura’n, yasinan, tahlil, dan zikir.