/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Syaikh ‘Abd al-Rahmân Habannakah al-Maydani

Oleh : Amirul Ulum

Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani dikenal dengan kealimannya, disegani banyak kalangan, mulai dari rakyat jelata hingga ke pejabat tinggi negara. namun, ia tetap mengamalkan pepatah padi, kiai berisi kian merunduk. Jabatan dan harta selalu ingin menghampiri, namun sering ditolaknya sebab ia takut tidak dapat mempertanggung jawabkan di hadapan Allah. Ia lebih mengutamakan menolong agama Allah dengan cara mengajar.

Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani dilahirkan di Maydan, sebuah daerah pinggir kota Damaskus, Suria pada 1927/1345. Ia tumbuh di lingkungan yang kental dengan nuansa keislaman. Ayah Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani merupakan salah seorang ulama terpandang yang mempunyai pengaruh di Damaskus. Ia dikenal sebagai ulama yang mengabdikan jiwa dan raganya untuk agama Allah. Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani merasa bahagia dilahirkan dari seorang ulama alim. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan rajin dan giat ia belajar di Ma’had al-Tawjih al-Islami yang dirikan ayahnya. Ketika lulus dari ma’had ini (1947), ia ditetapkan sebagai seorang pengajar di dalamnya. Di antara kajian ilmu yang diajarkannya adalah fiqh, ushul fiqih, tauhid, dan mantiq. Ia mengajar hingga tahun 1950/1369.

Ma’had al-Tawjih al-Islami telah meluluskan banyak alim ulama yang keilmuannya diakui dunia Islam semisal :

  • Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buty
  • Syaikh Musthafa al-Kinn
  • Syaikh Husayn Khattab
  • Syaikh Musthafa al-Bughâ.

Ilmu yang didapatkan dari Ma’had al-Tawjih al-Islami belum membuat kepuasan bagi Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani. Ia masih ingin melanjutkan dirasahnya ke Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir. Di universitas Islam tertua ini, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani mengambil jurusan syariah dan margisternya mengambil jurusan pendidikan dan psikologi. Usai menamatkan dirasahnya dari Universitas al-Azhar, ia bekerja di Kementerian Suria Urusan Agama pada bagian pengajaran Islam dan menjadi anggota Komite Riset di Kementerian Pendidikan Suria.

Nama Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani  semakin menggema sebab kealimannya. Pada tahun 1967/1386, ia diminta ke Arab Saudi untuk menjadi pengajar di Universitas Islam Imam Muhammad ibn Su’ud, Riyad. Ia mengajar di sini selama 2 tahun. Kemudian ia diminta untuk mengajar di Universitas Ummu al-Qura selama 30 tahun. Di universitas ini, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani berbagai disiplin keilmuan, terlebih kajian keislaman.

Karena kondisi usia yang sudah menua, usia 70 tahun, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani pensiun dalam mengajarnya di Universitas Ummu al-Qura. Meskipun sudah pensiun, ia masih tetap aktif mengajar dan berdakwah. Ia aktif sebagai salah seorang pendiri Liga Dunia Islam (Muslim World League) dan menjadi anggota Organisasi Bantuan Internasional Islam (International Islamic Relief Organization). Ia juga sering diminta mengisi berbagai seminar dan konferensi dalam macam-macam topik seperti pendidikan Islam, ekonomi Islam, dan pernah ikut konferensi literatur Islam yang diselenggarakan di Lucknow, India. Ia juga mengisi kajian ilmiah yang diselenggarakan di telivisi dan mengisi beberapa ceramah.

Beli Buku

Kedisiplinan dalam mengatur waktu selalu diterapkan dalam diri Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani. Ia tidak ingin waktunya terlewatkan dalam hal yang tidak ada manfaatnya. Ia sering membantu antar sesama dan memecahkan masalah orang lain yang dikonsultasikan kepada.

Keperhatinan Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani dalam dunia keilmua tidak hanya terbatas dengan belajar dan mengajar serta berdakwah melalui orasi atau podium. Ia memperhatikan masalah karya tulis. Ia terbilang ulama yang produktif dalam menghasilkan sebuah karya tulis. Ia menulis buku sebanyak 30 judul dalam berbagai topik. Gaya tulisannya berbeda dengan yang lainnya dengan pembahasan yang detail dan mendalam. Ia mengkombinasikan antara sains Islam dan modern. Sebagian buku hasil karyanya adalah sebagai berikut:

  • al-Aqîdah al-Islâmiyyah wa Usûsuha (akidah Islam).
  • al-Akhlaq al-Islâmiyyah wa Usûsuha (etika Islam)
  • Qawâ’id al-Tadabbur al-Amstâl li Kitab Allah (cara untuk mengangan-angan makna yang terkandung dalam al-Qur’an).
  • Makkayid Yahûdiyya ‘Abr al-Tarîkh (tipu daya kaum Yahudi dalam sejarah).
  • Ajnibat al-Makr al-Thalathah
  • 3 kumpulan syair-syair Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani
  • Dawâbit al-Ma’rifah wa Ushûl al-Istidlal wa al-Munâdzarah (prinsip dalam menggunakan dalil dan berdebat).
  • Ma’arij al-Tafakkur wa Daqâiq al-Tadabbur (tahap refleksi).
  • Sifat ‘Ibâdu al-Rahman fi al-Qur’an (sifat hamba Allah Yang Maha Penyayang di dalam al-Qur’an).
  • Tawhîd al-Rubûbiyyah wa a Tawhîd al-Uluhiyyah.
  • Al-Tahrif al-Mu’ashir fi al-Din (distorsi kemudahan dalam al-Qur’an).
  • Barâhim wa al-Adillah Imâniyyah (keterangan dan dalil tentang keimanan).
  • Fiqh al-Dakwah ilâ Allah (fiqh dakwah karena allah).
  • Manhaj al-Tarbiyyah al-Nabâwiyyah li al-Tifl wa Namadhij min Hayât ilâ Salaf (metode kenabian mendidik anak dan contoh dari kehidupan para pendahulu yang saleh).
  • Salah satu karya monemtalnya dan dipublikasikan adalah tentang tafsir sebanyak 15 jilid. Ia melengkap surat Makkiyah yang terdiri dari dua pertiga dari al-Qur’an.

Melihat Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani yang selalu produktif dalam menghasilkan sebuah karya, hal itu ditiru oleh istrinya yang mengajar di Universitas Ummu al-Qura. Sang istri dikenal produktif sebagaimana dirinya.

Dalam mensikapi laju pemikiran yang berkembang, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani  berpesan kepada putra-putri dan murid-muridnya agar mengadopsi pemikiran moderat yang bebas dari bias dan ekstremisme dan secara teratur menekankan pentingnya niat seseorang dan tingkat ketulusan dalam semua tindakan. Ia tidak suka dan menghindari kompetisi untuk meninggikan posisi dan status sosialnya. Ia juga tidak suka sebuah ajang gagasan yang dinominasikan untuk tujuan memperoleh penghargaan dan hadiah karena ketakukan akan keterlenaan terhadap kemegahan dan ujub yang dapat mengotori sebuah keikhlasan dalam beramal. Banyak orang yang menawari jabatan atau posisi penting, namun ditolaknya meskipun ia terkadang dipaksa.

Ketika menghadapi tantangan debat oleh rivalnya, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani merasa enjoi dengan sebuah diskusi dan debat akademis. Dengan senang hati, ia akan menjawab pertanyaan dari rival debatnya dengan jawaban yang berbeda dengan lainnya. Ia sangat berterima kasih jika ada orang yang bersedia memberikan masukan atas kekeliruan dan memberikan kontribusi positif atas buku yang ditulisnya.

Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani dikenal dengan kezuhudannya. Pernah ia ditawari jabatan mufti, namun jabatan tersebut diberikan kepada temannya yang dianggap layak dan mumpuni memegang amanah tersebut. Ia ingin hidup jauh dari keramaian, jauh dari kediaman dan tempat kelahirannya. Ia meninggalkan Suria dengan waktu yang sangat panjang. Ketika kembali ke tempat kelahirannya, beberapa bulan kemudian ia kembali ke Rahmatullah. Ketika dipaksa menerima sebuah jabatan mufti, ia berkata, “Mereka berusaha untuk memaksaku untuk menerima jabatan mufti, saya mendapatkan cara untuk menghindarinya dengan cara pergi ke Makkah. Di sana saya dapat mencurahkan waktu untuk menulis sebuah tafsir. Inilah pertolongan Allah yang telah menyelamatkanku, sebab jika aku sampai menerima jabatan itu niscaya aku akan dipermalukan. Jika aku mengambil jabatan tersebut, maka kemana-mana aku akan pergi dengan kendaran dan ekslusif yang akan mengantarkan aku ke dalam murka Allah. Jadi, aku lebih suka kehidupan yang kekal dari pada kehidupan yang sementara waktu.”

Melihat kealiman dan kezuhudan Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani, seorang ulama Makkah, Syaikh Majd Makki ingin beristifadah atas keilmuannya (1980/ 1400). Ia sering menghadiri majlis ilmu yang diselenggarakannya. Ia membaca karya tulisnya. Ketika Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani berkunjung ke Makkah, maka dengan antusiasnya Syaikh Majd Makki menemuinya untuk bersitifadah kepadanya. Keduanya sering berdiskusi dalam kajian keilmuan hingga akhirnya Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani kembali ke negeri asalnya, Suria.

Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani membangun jaringan dengan ulama-ulama besar dari belahan dunia. Ia sering hadir di majlis ulama masyhur, di antaranya adalah sebagai berikut :

Beli Buku
  • Syaikh Muhammad ‘Awwamah
  • Syaikh ‘Abd Allah al-Talidi
  • Syaikh Dr. Anas Zarqa
  • Syaikh Muhammad Nabih Salim
  • Syaikh Hasan Qatarji
  • Syaikh Muhammad ibn ‘Abd Allah al-Rasyîd
  • Syaikh Nizam al-Yaqubi.

Dengan rakyat jelata, Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani sangat memuliakannya. Suatu ketika, ada orang bertamu kepadanya, maka dengan penuh keramahan tamu tersebut disambutnya. Dengan senang hati, ia berbagi ilmu dan pengetahuan kepada mereka.

Kesemangatannya dalam berdakwah tidak tidak membuat Syaikh ‘Abd al-Rahmân al-Maydani berhenti berdakwah meskipun ia terjangkit sebuah penyakit selama bertahun-tahun. Ia selalu berdakwah hingga kembali ke Rahmatullah pada 2004 / 25 Jumadi al-Akhirat 1425 H. Ribuan pelayat berduyun-duyun untuk mengikuti shalat jenazah di Masjid Jami’ yang ada di Maydan. {}

 

Referensi :

Muslim Scholars karya Syaikh Syuaib Ahmed

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *