Oleh: Ni’amul Qohar
Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet telah menjadi sorotan publik dalam kurun waktu terdekat ini. Lagu ini mengundang polemik pro kontra di kalangan masyarakat. Hal utama yang disoroti oleh masyarakat yaitu penggunaan nama Jaka Tingkir di dalam lirik lagu tersebut. Terlebih nama Jaka Tingkir digambarkan sedang ngombe dawet (minum dawet). Bagi yang tidak setuju, mereka mengatakan bahwa lagu ini telah merendahkan tokoh legendaris tanah Jawa yaitu Jaka Tingkir, seorang raja sekaligus menjadi ulama, muridnya Sunan Kalijaga. Ia menjadi raja di Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Jaka Tingkir menjadi leluhur bagi para ulama besar di tanah Jawa. Ia memiliki putra bernama Pangeran Benowo.
Baca juga… Jaka Tingkir : Tokoh Legendaris Tanah Jawa
Atas arahan dari ayahnya, Pangeran Benowo disuruh untuk menjadi pendidik agama Islam daripada menduduki kursi kerajaan. Ia mendidik keturunannya agar kelak menjadi seorang ulama, salah satu anaknya yaitu Sayyid Abdurrahman (Mbah Syambu Lasem). Mbah Syambu sendiri mempunyai banyak keturunan yang menjadi ulama besar, mereka tersebar di berbagai wilayah tanah Jawa. Seperti Syaikh Ahmad Mutamakin, Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Baidlowi Lasemi, Kiai Hamid Pasuruan, Kiai Ahmad Shiddiq Jember, Kiai Sahal Mahfud, Kiai Zubair Dahlan, dan Kiai Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Baca juga.. Mbah Sambu Lasem (Cucu J0ka Tingkir)
Lirik lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet bagi sebagian masyarakat ada juga yang tidak mempermasalahkannya. Mereka memiliki alasan bahwa dawet merupakan minuman yang halal, bahkan menjadi ciri khas minuman orang Jawa. “Katakanlah misalnya lirik lagunya begini Joko Tingkir Ngombe Arak, itu baru dikatakan merendahkan tokoh legendaris tanah Jawa ini. Sebab arak sendiri merupakan minuman yang memabukkan serta diharamkan dalam agama Islam.” Kata sebagian masyarakat yang tidak mempermasalahkan itu.
Selain bisa dikatakan tidak sopan, hal yang sangat urgent kenapa lagu ini banyak mendapatkan sorotan masyarakat yaitu bagaimana kita mendidik generasi muda di masa sekarang. Jika lirik lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet terus dinyanyikan, efeknya bisa membuat para generasi muda lebih mengenal Jaka Tingkir sebagai tokoh biasa yang juga minum dawet. Bukan lagi mengenal sebagai tokoh seorang raja, ulama besar, dan wali di tanah Jawa. Terelepas dari itu, lagu ini kurang memberikan nilai sejarah. Artinya antara Jaka Tingkir dengan minuman dawet tidak terjadi dalam kurun waktu bersamaan. Minuman dawet mulai ada sejak abad-20, sedangkan Jaka Tingkir hidup sekitar abad ke-16. Jadi kesan didapatkan lebih pada lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet hanya dibuat guyonan belaka. Sebuah guyonan yang kurang pas. Masih banyak tokoh atau lirik lain yang bisa digunakan untuk membuat lagu ini menjadi lebih bagus lagi.

Baca juga… Apakah Joko Tingkir Ngombe Dawet?
Selepas adanya polemik pro kontra yang terjadi di masyarakat mengenai lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet. Si pengarang lagu telah meminta maaf kepada publik atas kesalahan atau ketidaktahuannya mengenai tokoh Jaka Tingkir. Ronald Dwi Febrianzah melalui kanal YouTube Tama Halu 008 meminta maaf kepada publik atas penggunaan nama Jaka Tingkir dalam lirik lagu ciptaannya. Ia mengakui bahwa semuanya ini terjadi atas ketidaktahuannya mengenai tokoh Jaka Tingkir. Ia tidak tahu kalau Jaka Tingkir merupakan ulama sekaligus raja yang sangat dihormati di tanah Jawa bahkan seluruh Nusantara. Ia tidak tahu kalau Jaka Tingkir ini telah banyak melahirkan ulama besar pejuang bangsa Indonesia. Ia tidak hanya meminta maaf, melainkan merubah lirik lagunya menjadi “Mbah Amer Ngaret Suket.”