Oleh: Santri Putri PP. Miftahul Ulum
Ibu Nyai Hj. Istiqomah Nawawi merupakan ulama perempuan ahli Qur’an yang sangat istiqomah dalam menjalankan ibadah, lahir di Tulusrejo, Grabag, Purworejo pada tahun 1958 M. Beliau merupakan putri Simbah KH. Nawawi Abdul ‘Aziz yang nomer tiga dari sebelas bersaudara. Ibu Nyai Istiqomah sejak kecil diasuh oleh Simbah Nyai Khadjiah dan Simbah Nyai Zuhriyah binti Munawwir yaitu buleknya sendiri, yang waktu itu Simbah Nyai Zuhriyah belum menikah, ketika sudah menikah dengan Kiai Mundzir pengasuh Pondok Pesantren Maunah Sari Bandar Kidul, Kediri, Ibu Nyai Istiqomah pun mengikutinya untuk menetap di Kediri dan mengaji di sana sampai menikah.
Tahun 1978 Ibu Nyai Istiqomah yang sudah merampungkan hafalan 30 juznya dan mendapatkan sanad Tahfidzul Qur’an langsung dari Simbah Nyai Zuhriyyah. Kemudian beliau didawuhi Simbah KH. Nawawi Abdul ‘Aziz untuk pulang ke kediaman bapaknya di Ngrukem, Bantul, Yogyakarta. Beliau menikah dengan Bapak KH. Muhyidin Syam dan memulai perjuangannya di Susukan, Tegalarum, Borobudur, Magelang. Mereka berdua mulai merintis pesantren pada tahun 1982 dengan nama Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum, yang waktu itu santrinya baru ada 2 orang.
Ibu Nyai Istiqomah adalah sosok ‘allamah yang luar biasa. Keseharian dan kepribadiannya sangat sederhana. Tidak banyak ngendikan, tapi langsung memberi contoh/teladan. Sesuai asma beliau, Ibu Nyai Istiqomah selalu istiqomah dalam berbagai hal, baik hal kecil maupun besar. Dalam kesehariannya banyak hal yang patut diteladani dari beliau: 1. Telaten merawat (ngopeni) hal-hal kecil yang bagi kebanyakan orang dianggap tidak penting. 2. Membelanjakan kebutuhan sehari hari (tindak ke pasar) sendiri tanpa meminta tolong atau dawuh kepada santri. 3. Senantiasa menjaga kebersihan pada semua hal, seperti contoh: menyapu halaman pondok dan sekitarnya sendiri. Bahkan saat santri ingin menggantikannya, beliau tidak berkenan. Beliau selalu ngendikan, “Wes aku wae. Sampean ngaji wae.”
Tidak berlebihan jika menyebut Ibu Nyai Istiqomah adalah sosok Al-Qur’an berjalan. Tindak lampah dan keseharian beliau nyata sesuai apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an. Catatan nasihat atau dawuh beliau yaitu sebagai berikut: 1. “Al Qur’an kui kudu direkosoni nok.” -Ibu Nyai Hj. Istiqomah. 2. “Al-Qur’an iku pancen ketok barang cilik, ning isi kandungane gede. Durung tentu iso ngamalne kabeh ning ngreksone wajib tekan mati. Lancar ora lancar dideres terus.” -Ibu Nyai Hj. Istiqomah. 3. “Sing jenenge ngapalke Qur’an kuwi yo dibaleni terus nganti nempel, nganti mocone ra dipikir maneh.” -Ibu Nyai Hj. Istiqomah. 4. “Nek setoran Qur’an kudu lancar koyo dene moco fatihah.” -Ibu Nyai Hj. Istiqomah.