Oleh: Ni’amul Qohar
Satu hal yang perlu disyukuri sebagai umat Nabi Muhammad SAW adalah diberikannya waktu-waktu tertentu yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan atau pahala. Ibaratnya, waktu-waktu tertentu tersebut dapat dijadikan momentum khusus untuk meningkatkan amal ibadah. Jika umat muslim diberikan umur yang tidak panjang oleh Allah SWT, berbeda dengan umat terdahulu, dengan sifat Maha Adil-Nya Allah SWT memberikan beberapa keutamaan ibadah di waktu-waktu tertentu agar mendapatkan pahala yang berlimpah.
Umat muslim nanti malam sudah memasuki bulan Dzulhijjah, yaitu bulan terakhir di dalam penanggalan tahun hijriyah Islam. Bulan ini termasuk salah satu bulan yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT. Saking mulianya bulan ini, Allah SWT sampai bersumpah di dalam Al-Qur’an tentang sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah.
وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1-2)
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maksud kandungan ayat di atas. Ada yang mengatakan bahwa malam sepuluh itu terdapat di akhir bulan Ramdhan, ada yang mengatakan malam sepuluh pertama di bulan Muharram. Serta ada juga yang mengatakan bahwa malam sepuluh itu terdapat di awal bulan Dzulhijjah. Hanya saja, pendapat yang sahih sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir dan Imam Suyuthi bahwa malam sepuluh itu terdapat di awal bulan Dzulhijjah. Pendapat ini diperkuat oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Addimasyqi Asy Syafi’i yang mengatakan sepuluh malam itu adalah paling utamanya malam dalam setahun, maka pendapat bahwa itu adalah sepuluh malam Dzulhijjah sangatlah shohih dan masyhur. Mayoritas para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud fajar di ayat tersebut yaitu hari Arafah, lalu malam sepuluhnya ada di awal bulan Dzulhijjah.

Rasulullah SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام. يَعْنِي أَيَّامُ الْعَشْرِ. قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ، فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيءٍ. (رواه البخاري)
“Tiada hari dimana amal shaleh lebih disukai oleh Allah untuk dikerjakan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah ?. Rasulullah bersabda, tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan harta bendanya, kemudian tidak kembali lagi (mati syahid).” (HR. Al-Bukhari). (An-Nawawi, Riyâdhus Shâlihîn, juz II, halaman: 77-78).
Hadist tersebut memiliki makna bahwa Rasulullah SAW memberikan motivasi sangat tinggi kepada para sahabat dan umatnya untuk tidak menyiakan keutamaan sepuluh malam awal bulan Dzulhijjah. Bahkan keutamaannya diperbandingkan dengan jihad di jalan Allah SWT.
Di dalam kitab Durrotun Nasihin, karya Syaikh Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khubawi pada Bab Fadllu Asyri Dzulhijjah dijelaskan mengenai keutamaan sepulah malam awal di bulan Dzulhijjah. Sebagaimana yang disampaikan oleh para ulama, barang siapa yang berpuasa sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah, yaitu tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah, karena tanggal 10-nya merupakan hari raya Idhul Adha yang haram untuk berpuasa, maka Allah SWT akan memuliakan orang tersebut dengan sepuluh perkara, yaitu diberikan keberkahan umur, dilimpahkan harta, terjaganya keluarga, dihapuskannya dosa, dilipat-gandakannya kebaikan, dimudahkan saat menghadapi kematian atau sakaratul maut, diberikan penerang di dalam kubur, memperberat timbangan amalnya, selamat di padang mahsyar dan dinaikkan derajatnya baik di dunia maupun akhirat.
Selain itu, pada sepuluh awal bulan Dzulhijjah terdapat peristiwa bersejarah yang semuanya memiliki keutamaan sendiri di masing-masing harinya. Seperti halnya pada tanggal 2 Dzulhijjah terdapat peristiwa dikabulkannya doa Nabi Yunus AScuntuk bisa keluar dari perut ikan. Tanggal 3 Dzulhijjah dikabulkannya doa Nabi Zakariya saat meminta diberikan keturunan. Maka bedoa di tanggal ini akan mendapatkan keutamaan dikabulkan oleh Allah SWT. Tanggal 4 Dzulhijjah terdapat peristiwa lahirnya Nabi Isa AS, berpuasa di tanggal ini memiliki keutamaan tidak diberikan kesulitan hodup dan kefaikiran, kelak di hari kiamat dia bersama kelompok yang baik dan mulia.
Tanggal 5 Dzulhijjah ada peristiwa lahirnya Nabi Musa AS, siapa yang berpuasa di hari ini akan dibebaskan dari kemunafikan dan siksa kubur. Tanggal 6 Dzulhijjah dimana Allah membuka kebaikan para nabi, dan berpuasa di hari tersebut akan diberikan kasih sayang dan tidak mendapatkan siksan dari Allah SWT. Tanggal 7 Dzulhijjah Allah menutup pintu neraka jahanam sampai 10 hari, barang siapa yang berpuasa di tanggal tersebut akan mendapatkan keutumaan ditutupnya 30 pintu kesulitan dan dibuka 30 pintu kemudahan baginya. Tanggal 8 adalah hari Tarawih, barangsiapa yang berpuasa di tanggal tersebut akan diberikan pahala yang sangat banyak, hanya Allah yang Tahu. Tanggal 9 Dzulhijjah adalah hari Arafah, barang siapa yang berpuasa akan diampuni dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Hari Arafah juga memiliki arti hari haji akbar, hari pengampunan dosa-dosa, hari pembebasan dari api neraka, hari dimana kita disunahkan untuk berpuasa. Apabila kita tidak berhaji namun ingin mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berhaji maka berpuasalah di tanggal 9 Dzulhijjah ini. Tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari raya Idul Adha, barangsiapa yang berkurban maka semenjak pertama kali tetesan darah dari kurban tersebut yang disembelih, Allah SWT mulai memberikan pengampuan untuk dosanya dan dosa keluarganya.
Begitu beruntung dan bersyukurnya bagi umat Islam jika masih diberikan kesempatan untuk menjumpai bulan Dzulhijjah yang sangat mulia ini. Bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Melakukan amalan ibadah wajib serta menambahnya dengan amalan ibadah sunnah dengan giat dan istiqomah.

Sumber rujukan
Syaifullah, “10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Sangat Istimewa, Ini Dalilnya”, NU Online JATIM, diakses 30 Juni 2022
Sufyan Arif, “Bulan Dzulhijjah segera Tiba, Inilah Keutamaan 10 Hari Pertamanya”, NU Online JATIM, diakses 30 Juni 2022
Sunnatullah, “Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah dalam Al-Qur’an dan Hadits.” NU Online, diakses 30 Juni 2022