Oleh: Ustadz Hidayat Nur
Ta’wil sifat Allah dengan makna yang sesuai dalam lughat Arab adalah bersifat ijtihadiyah dan masuk pembahasan furu’ akidah. Meski demikian, ta’wil sifat Allah memiliki syarat yang ketat sehingga siapapun tidak boleh serampangan melakukan ta’wil. Diantara ta’wil yang dianggap tidak menetapi syarat adalah ta’wil istawa dengan istaqarra (menetap/bersemayam) atau julus (duduk), sebab ta’wil ini justru melahirkan masalah baru, yakni makna tajsim atau tasybih. Dan itu jelas tidak sesuai dengan kaidah dasar dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, yakni “raddul mutasyabihat ila muhkamat” (mengembalikan mutasyabihat kepada yang muhkamat), bukan malah “raddul mutasyabihat ila mutasyabihat” (mengembalikan mutasyabihat kepada mutasyabihat yang lain). Anehnya, ta’wil itulah yang diakui dan dibela oleh sebagian besar ulama’ Salafi Wahabi, bahkan sebagian ulama’ mereka menukil riwayat lemah dari Ibn Abbas untuk menyokong ta’wil bermasalah tersebut.
Lalu bagaimana dengan ta’wil istawa dengan ta’wil istaula? Ta’wil ini, walaupun masih menjadi perdebatan ulama’ Asy’ariyah, antara yang setuju dengan yang tidak setuju, tetapi harus diakui bahwa ta’wil ini jauh lebih tanzih daripada ta’wil istaqarra atau julus. Ulama’ Asy’ariyah yang tidak setuju dengan ta’wil istaula beralasan, diantaranya, karena ta’wil itu sama dengan ta’wil Mu’tazilah yang sudah dikritik oleh Asy’ariyah mutaqaddimin. Tetapi bagi sebagian orang’, ta’wil tersebut diterima dengan argumentasi yang kuat dan bahkan disokong oleh banyak ulama’, termasuk ulama’ salaf. Walhasil, ta’wil istawa dengan istaula adalah khilafiyah dalam Asy’ariyah dan khilafiyah tersebut diterima sebagai khilaf ijtihadi.
Lalu bagaimana dengan dakwaan bahwa ta’wil tersebut sama dengan ta’wil Mu’tazilah? Kita bisa jawab:
- Sama dengan Mu’tazilah bukan berarti akidah Asy’ariyah adalah Mu’tazilah. Apalagi ini hanya masalah furu’ atau juz’iyyatul akidah. Bukankah sudah maklum dalam sejarah, bahwa Asy’ariyah lah yang berjasa membendung kesesatan kelompok Mu’tazilah?!
- Asas akidah Mu’tazilah dengan Asy’ariyah berbeda. Asy’ariyah itsbat sifat kemudian baru ta’wil sementara Mu’tazilah ada kecenderungan ta’thil dan ta’wil.
Dan kalau mau jujur justru usul (bukan sekedar furu’) akidah Ibn Taimiyah yang terpapar akidah Hasyawiyah dan Karramiyah yang keduanya adalah termasuk aliran sesat menyesatkan. Dan sebagian ulama’ Salafi Wahabi mengakui itu.