Oleh: Ustadz Hidayat Nur
Dalam ceramahnya di PP. Al-Karimiyah, Sumenep, Madura, Arrazi mengatakan, tidak ada riwayat atau ijma’ yang menyatakan Rasulullah diangkat menjadi nabi umur 40 tahun. Setelah dikoreksi atau diluruskan Kiai Muhshi (Madura) alumni PP. Al-Anwar Sarang yang juga pengurus Aswaja Center PCNU Sumenep dengan menukilkan ucapan Imam al-Mundiri, bahwa ulama menyepakati Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi (bi’tsah) umur 40, Arrazi membantah balik dengan mengatakan bahwa antara nubuwah dengan bi’tsah (an-Nabi) berbeda.
Tetapi Arrazi sendiri sama sekali tidak memberikan penjelasan apapun terkait dengan perbedaan keduanya. Yang tampak adalah penjelasan dia yang berbelit-belit dan tidak subtansial. Bahkan ketika dia mengutarakan hadits riwayat ad-Darimi (insya Allah nanti saya jelaskan), dia pun tidak mengulas perbedaan kedua istilah tersebut, kecuali hanya bantahan berapi-api tanpa penjelasan apapun yang hanya membuat santri dan hadirin yang hadir kagum dan bertepuk tangan riuh.
Berikut ini adalah tanggapan untuk Arrazi Hasyim:
1. Bi’tsah an-Nabi dalam makna yang kita kenal adalah pengangkatan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menjadi nabi pada saat umur 40 tahun. Hadits shahih dan keterangan ulama terkait ini sudah kategori level mutawatir dan terang benderang sehingga mengingkari adalah kesesatan yang nyata. Dan teks Imam al-Mundiri yang dinukil Kiai Muhshi sudah benar adanya serta tidak bertentangan sama sekali dengan hadits atau riwayat manapun.
2. Di antara hujjah bi’tsah an-Nabi atau pengangkatan Nabi (nubuwah) pada umur 40 adalah hadits shahih berikut:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: بُعِث رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- لِأَربعين سَنَة
“Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus menjadi Nabi pada umur 40 tahun” (HR. Bukhari).
Imam Ibn Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah menyampaikan dengan redaksi:
وتنبأ رسول الله صلى الله عليه وسلم على رأس أربعين سنة
“Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjadi nabi pada permulaan umur 40 tahun.”
Teks di atas adalah penegasan bahwa tidak ada beda antara bi’tsah dengan pengangkatan nubuwah Nabi Muhammad. Dan bunyi teks semacam di atas cukup banyak dan tertulis dalam kitab-kitab sejarah.
3. Dengan bahasa sederhana, nubuwah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ditetapkan Allah di dunia saat beliau berumur 40 tahun atau bi’tsah kenabian Nabi Muhammad adalah ketika beliau berumur 40 tahun. Keduanya sama saja. Artinya, antara nubuwah dan bi’tsah terdapat kelaziman dan keterkaitan yang tidak dipisahkan. Dan dipastikan tak satu pun ulama yang membedakan nubuwah dengan bi’tsah kecuali pendapat syadz Arrazi seorang.
4. Kutipan Arrazi dari Sunan ad-Darimi yang membuat audien terkagum-kagum sebenarnya adalah penempatan hujjah yang tidak pada tempatnya. Selain juga Arrazi melakukan tahrif (distorsi) dengan mengatakan teks tersebut berbunyi:
متى تدري أنك نبي
“Kapan engkau sadar bahwa engkau nabi?” (Riwayat dan terjemahan Arrazi)
Padahal yang benar, teksnya adalah sebagai berikut:
عن أبي ذر الغفاري قال قلت يا رسول الله كيف علمت أنك نبي حتى استيقنت…. الحديث
“Dari Abi Dzar al-Ghifari, dia berkata: “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau tahu bahwa engkau nabi sehingga engkau yakin….” (HR. ad-Darimi).
Penjelasan saya:
1- Ada beda maksud dan syarah antara teks Arrazi dan teks riwayat ad-Darimi yang benar. Pemahaman Arrazi lahir karena teks hadits yang dia hafal adalah salah.
2- Hadits tersebut dhaif, karena sanadnya terputus (munqathi’). Syaikh Husen Salim Asad ad-Darani, pentakhrij Sunan ad-Darimi yang mengatakan itu.
3- Hadits tersebut membicarakan tentang Rasulullah yang ditanya shahabat Abu Dzar, tentang bagaimana beliau mengetahui bahwa beliau Nabi. Kemudian beliau menjawab, kisah dibelah dada saat beliau berumur 4 tahun adalah alasan beliau mengetahui bahwa beliau adalah nabi. Yaitu irhash atau kisah luar biasa yang diperoleh oleh calon nabi sebagai tanda-tanda kenabian beliau.
4. Hadits ad-Darimi di atas bukan sebuah penjelasan bahwa saat dibelah dadanya Rasulullah sudah menjadi Nabi atau kesadaran bahwa beliau seorang nabi. Arrazi salah fatal memahami ini. Bukti atas ini adalah tidak adanya penjelasan ulama yang sama dengan apa yang dipahami oleh Arrazi.
5. Kemudian terkait hadits:
كُنْتُ أوَّلَ النَّبِيِّينَ في الخَلْقِ، وآخِرَهم في البَعْثِ
“Aku adalah awal para nabi dalam penciptaan dan akhir dari mereka dalam utusan” (HR. Abu Nu’aim)
Hadits ini tidak menjelaskan Rasulullah menjadi nabi sebelum yang lain, tapi dalam hal penciptaan beliau adalah yang pertama kali. Sedangkan dalam hal diutus menjadi nabi beliau adalah nabi yang terakhir. Dan hadits ini sama sekali tidak menguatkan dakwaan Arrazi, tapi justru sebaliknya.
Kemudian terkait hadits shahih:
“عَنْ مَيسَرَةٍ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى كُنْتَ نَبِيًّا ؟ قَالَ : ” كُنْتُ نَبِيًّا وَآدَمُ بَيْنَ الرُّوحِ وَالْجَسَدِ
“Dari Maisarah, aku bertanya: “Wahai Rasulullah kapan engkau menjadi nabi?”. Rasulullah menjawab: “Aku menjadi nabi sementara Adam masih antara ruh dan jasad” (HR. Al-Hakim dll)
Ada dua penafsiran terkait hadits ini.
Pertama, Nabi Muhammad mengabarkan bahwa beliau sudah tercatat sebagai Nabi di Lauh Mahfuz sebelum Adam diciptakan. Ini adalah tafsiran Imam al-Baghawi.
Kedua, Nabi Muhammad sudah menjadi nabi sejak di alam ghaib atau alam ruh, bukan alam jasmani. Penafsiran ini adalah penafsiran Imam al-Munawi, seorang muhaddits yang juga sufi murid Syaikh Abdul Wahhab asy-Sya’rani. Dan tafsiran ini tidak bertentangan dengan hadits shahih di atas atau penjelasan ulama bahwa Rasulullah diangkat menjadi Nabi (bi’tsah an-Nabi).
Dua penafsiran di atas bukanlah yang dipahami Arrazi.
6. Andai Arrazi mengatakan, Rasulullah diutus menjadi Nabi saat berumur 40 tahun secara jasmani dalam alam jasad, tetapi sudah menjadi nabi sebelum Nabi Adam diciptakan secara alam ruh berdasarkan hadits diatas sebagaimana penjelasan Imam al-Munawi, maka masalah clear dan tidak perlu ada perdebatan yang tidak ilmiyah ini. Sayangnya yang bersangkutan tidak mengatakan itu dan mungkin juga tidak menyadari.
- Kisah-kisah Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi, tulisan ulama’ tentang tanda-tanda nubuwah, irhash dan lain-lain menegaskan bahwa beliau diangkat jadi nabi umur 40 tahun.
Siapapun bisa salah, termasuk saya, tapi tidak inshof atau tidak jujur dan malah pede mempertahankan kesalahan atau bahkan tidak menerima penjelasan orang lain yang berdasarkan ilmu adalah kesombongan yang nyata.
Semoga Allah menganugerahi kita hati yang bersih, amal yang ikhlas, ilmu yang bermanfaat dan diberikan keselamatan dunia akhirat dengan berkah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Amin.
Penjelasan anda sangat bagus. Buya Arrazi tidak mengakui kesalahannya ataukah tidak memahami maksud si penanya. Malah Arrazi seakan menyalahkan menyepelekan si penanya? Yang hanya Pengurus PC NU Cabang Sumenep.