/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Perahu Nabi Nuh As di Akhir Zaman

sadah ba’alawi

Semenjak adanya oknum yang meragukan silsilah nasab para habaib, kita digiring untuk mengikuti pendapatnya, padahal pendapatnya belum teruji kebenarannya, apalagi keberkahannya.

Jika tidak suka oknum habaib tertentu, janganlah menyerang semuanya. Seolah semuanya salah sebab kesalahan yang diperbuat segelintir orang. Cukup fokus pada orang yang Anda tidak sukai, jangan melebar ke mana-mana.

Ulama kami terdahulu, sangat menghormati sadah ba’alawi, seperti halnya Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Mahfudz al-Termasi, Syaikh Baqir al-Jogjawi, Syaikh Hasyim Asyari, Syaikh Yasin al-Fadani, dan Kiai Maimoen Zubair. Mereka berguru kepada marga Alhabsy, Alattas, Assegaf, Alkaff, dan lain-lain. Mereka menjadi alim dan terbuka mata batinnya sehingga menjadi kekasihNya.

Akankah kita meragukan kealiman dan mata batin para masyayikh kita terdahulu? Tentunya tidak. Ya, meskipun kadang ada oknum yang buat gregeten membuat sensasi ini dan itu. Entah apa tujuannya. Waallahu ‘alam.

Ibarat islam adalah sebuah pesantren besar, Rasulullah Saw adalah pengasuh dan pendirinya, dan keturunannya adalah para gusnya. Kita umat Islam adalah diibaratkan para santri Rasulullah Saw. Seandainya gus-gus ini ada yang nakal ya wajar, tapi itu tetap tidak menjadikan alasan untuk tidak menghormatinya. Mestinya ada batasannya.

Terkadang gus2 di atas ada yang tidak menjadi ulama. Semua itu tidak akan menjadikan alasan kita untuk tidak menghormatinya. Tentunya sesuai ala kadarnya.

Kepada para gus di atas yang alim, ini yang membawa nasab dan ilmu. Ini yang sering disebut Kiai Maimoen Zubair sebagai ‘itrah, cucu nabi yang alim. Menurut beliau, nanti di akhir zaman ikutilah cucu nabi yang alim. Itu yang akan menyelamatkanmu dari banjir bandang seperti yang terjadi pada zaman Nabi Nuh As.

Beli Buku

Keturunan-keturunan Rasulullah Saw di akhir zaman ini diibaratkan seperti perahunya Nabi Nuh As ketika ada banjir bandang. Namun, banjir bandang yang akan menerpa umat Nabi Muhammad Saw tidak seperti banjir bandang yang ada pada masa Nabi Nuh As. Banjir bandang ini merupakan majas yang bermakna kekafiran yang meraja lela. Pagi-pagi seseorang dalam kondisi Islam. Namun, sore harinya agamanya menjadi lenyap sebab terkena arus yang dasyat. Atau, sore hari dalam kondisi beriman kepada Allah. Akan tetapi, pagi harinya menjadi hilang agamanya. Barang siapa yang ingin selamat dari bencana yang dasyat ini, maka hendaknya dia menaiki perahu yang dimiliki oleh keturunan Rasulullah Saw yang alim dan suci dengan menjalankan ajaran Islam yang dibawanya. Jika tidak, maka kamu sekalian dikawatirkan akan tenggelam dalam kekafiran. Rasulullah Saw bersabda;

إنما مثل أهل بيتي مثل سفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلف عنها غرق

“Perumpamaan ahli baitku itu bagaikan  perahunya Nabi Nuh. Barang siapa yang mau menaikinya, maka dia akan selamat. Dan barang siapa yang berpaling darinya, maka dia akan tenggelam.” (HR. ath-Thabrani)

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً , وَيُمْسِي مُؤْمِناً وَيُصْبِحُ كَافِراً

“Pagi-pagi seseorang dalam kondisi beriman, namun sore harinya dia menjadi kafir. Dan sore-sore seseorang dalam kondisi beriman, namun pagi harinya dia menjadi orang yang kafir.” (HR. Ahmad)

Jambi, 19 Mei 2023

Amirul Ulum

 

Beli Buku
Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *