Oleh: Redaksi
Ibu Nyai Hj. Khadijah al-Hafidzah merupakan pendiri dan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. Beliau merupakan istri KH. Dr. Sofiyan Hadi, Lc., MA. Ulama perempuan yang satu ini terkenal sebagai pendakwah yang sangat inspiratif, apa yang beliau tuturkan bisa membuat jiwa menjadi tenang dan tenteram. Pondok Pesantren yang beliau dirikan bersama sang suami tercinta memiliki tiga hal pokok yang dikembangkan, yaitu Spiritual, Leadership, dan Entrepreneurship. Ibu Nyai Hj. Khadijah juga merupakan seorang pendidik sejati, beliau mendidik para putra-putinya, dan santri-santrinya dengan cara selalu memberikan teladan yang baik.
Pada suatu kesempatan beliau menyampaikan perihal pentingnya belajar parenting dari kisah Nabi Ibrahim AS dengan Nabi Ismail AS. Nabi Ibrahim AS merupakan nabi dan utusan Allah SWT yang telah banyak memberikan teladan dalam setiap aspek kehidupan. Seperti halnya yang sudah disampaikan oleh Allah SWT melalui firmanNya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ
Artinya, “Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.” (Q.S. Al-Mumtahanah: 4)
Banyak kisah mengandung hikmah yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Salah satunya kisah tentang kurban, yaitu perintah Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail AS. Sebagai hamba yang taat melaksanakan setiap perintah Tuhannya, Nabi Ibrahim AS pun berkenan melakukannya. Sebetulnya Nabi Ibrahim AS bisa melaksanakan perintah tersebut ketika anaknya sedang tidur. Tetapi ternyata itu tidak beliau lakukan. Nabi Ibrahim AS lebih memilih untuk menyampaikan perintah Allah SWT itu terlebih dahulu seraya meminta pendapat kepada anaknya, “Fandzur ma dza tara” (apa pendapatmu, nak?).
Hal ini memberikan perlajaran berharga kepada orang tua dalam mendidik anaknya, agar bisa membangun komunikasi yang baik, terutama yang berkaitan dengan keinginan dan masa depan si anak. Jangan jadikan anak sebagai korban ambisi orang tua. Harus menjadi ini dan itu. Tugas orang tua adalah mengarahkan serta mengembangkan bakat alamiahnya.
Berikutnya yaitu tanamkan iman yang kuat dan jadilah orang tua yang terpercaya. Mengapa Nabi Ismail AS bersedia disembelih oleh ayahnya, padahal ketika itu usianya masih remaja? Sebab Nabi Ismail AS memiliki imannya yang kuat dan ia sangat percaya kepada ayahnya.
Inilah pola asuh yang diterapkan Nabi Ibrahim AS dalam mendidik anak dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Saat menceritakan mimpinya, beliau mengatakan kepada Nabi Ismail AS, “Ya Bunayya-wahai ananda” (Q.S Ash-Shaffat: 102). Sama seperti halnya Luqman ketika memberikan beberapa nasihat penting kepada anaknya (Q.S. Luqman: 13).
Panggilan merupakan simbol bahasa komunikasi efektif dan persuasif orang tua dalam mendidik anaknya. Bahasa didikan yang diutamakan adalah bahasa santun, lembut, luhur, terpuji, mulia, dan beradab. Bahasa yang merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek, menyayangi bukan menendangi, menasihati bukan menghina, dan mencintai bukan membenci.
Anak yang dididik dengan kemarahan anak menjadi pemarah. Anak yang dididik dengan kebencian akan menjadi pembenci. Anak yang dididik dengan hinaan akan menjadi penghina. Anak yang dididik dengan bahasa kotor akan berbicara dengan bahasa kotor. Anak yang dididik dengan teladan tidak beradab akan berperilaku tidak beradab. Anak yang dididik dengan kekerasan akan menjadi temperamental. Anak yang dididik dengan kemanjaan berlebihan akan menjadi penakut dengan risiko kehidupan.
Sebaliknya, anak yang dididik dengan kasih sayang akan menjadi penyayang. Anak yang dididik dengan pujian akan menghargai setiap hal. Anak yang dididik dengan kesantunan akan menjadi santun dalam bertindak. Anak yang dididik dengan kemuliaan akan memuliakan sesama. Anak yang dididik dengan bahasa persuasif akan belajar mematuhi dan menyeyangi orang tua. Dan anak yang diberikan teladan yang baik akan berperilaku terpuji.
Anak ibarat busana maka orang tua adalah perancang busana. Busana yang menarik, elegan, megah, dan modern lahir dari para perancang busana professional. Pun anak yang mulia akan lahir dari pola pengasuhan mulia. Nabi Ibrahim patut menjadi teladan bagi orang tua modern dalam mendidik anaknya.
NB: Artikel diolah oleh redaksi dari tulisan Ibu Nyai Hj. Khadijah di facebook pribadinya.