Oleh: Amirul Ulum
Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang mendalam dapat menyambung dan menjalin tali silaturahmi dengan para kiai (ulama) yang sanad keilmuannya bersambung dengan baginda Nabi Muhammad saw. Antara satu ulama dengan ulama yang lain harus ada kesinambungan yang berhujung kepada pangkal utamanya, yaitu shahibu al-syariah, Nabi Muhammad saw.
Orang itu tidak akan bisa/ sulit menjadi alim jika tidak berguru kepada ulama yang alim. Hal ini berbeda dengan masa sahabat yang menemui zaman baginda Nabi Muhammad saw. Mereka semua adalah alim, sebab keberkahan memandang wajah sang nabi. Masa ini berbeda dengan zaman setelahnya, jika tabiin ingin alim, maka mereka tidak cukup dengan hanya memandang wajah sahabat, namun harus dengan mengaji. Kondisi semacam ini akan berlangsung berkesinambungan hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, bersama al-Mukarram Gus Idror Maimoen, Gus Mizan, Gus Latif Malik, dan para gawagis serta kiai yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu, dapat niru lampah, mengikuti jejak ulama terdahulu untuk bertabarruk dengan salah satu kiai alim dan berwawasan luas di bidang keagamaan dan kebangsaan, yang menjadi rujukan banyak kalangan, yaitu Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus).
Beliau berkenan membacakan tafsir al-ibriz karya abahnya, Kiai Bisri Mustofa. Beliau juga memberikan sanad kitab tersebut dan juga sanad yang didapatkan dari kiai Maimoen Zubair, yaitu tentang hadist masalsal bil awwaliyyah.
Rembang, 2 Juni 2022
