/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Ki Bagus Hadikusumo

Oleh : Amirul Ulum

“Sesampainya di alun-alun, hatinya tertegun dan kecut, kemudian pulang lagi ke rumah untuk menunaikan salat dua rekaat dengan khusyuk. Kemudian menghadap Gunseikan seorang diri. Hatinya telah mantap menghadapi pertanyaan Gunseikan. Di muka Gunseikan, Ki Bagus Hadikusumo ditanyai tentang adanya larangan melakukan Seikere bagi umat islam dan murid-murid Muhammadiyah, maka dengan tegas dijawabnya, bahwa Seikere menurut ajaran Islam dilarang.”

Melihat perjuangan pendahalunya, yang gigih dalam melawan penjajahan di muka bumi pertiwi seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan para Kyai lainnya, maka ketika pendiri bangsa merumuskan dasar-dasar negara setelah sekian abad dijajah Eropa, Ki Bagus Hadikusumo dengan sekuat tenaga memperjuangkan agar syariat Islam dapat menjadi dasar dan pondasi negara. Namun, demi sebuah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, iapun luluh jika point pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, kuwajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan ketuhanan Yang Maha Esa.

Garis Keturunan

Ki Bagus Hadikusumo bernama asli Raden Hidayat. Ia dilahirkan di daerah Kauman, Yogyakarta pada 11 Rabiul Stani 1308 H/ 24 November 1890 M. Ayahnya, Raden Haji Lurah Hasyim merupakan seorang ulama yang menjadi abdi ndalem putihan agama Islam di Kesultanan Yogyakarta seperti halnya Kyai Muhammad Nur (Lurah Nur), Kyai Abu Bakar, dan lain-lain.

Karena termasuk perintis kemerdekaan, ia dinobatkan Presiden Joko Widodo menjadi salah seorang Pahlawan Nasional dengan Keppres 116/TK Tahun 2015. Ia wafat pada 4 November 1954 M/ 8 Rabiul Awwal 1374 H dengan usia kurang lebih 64 tahun. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kuncen, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

Rihlah Ilmiah

Beli Buku

Kauman yang menjadi tempat tinggal Ki Bagus Hadikusumo merupakan basis keislaman Yogyakarta semenjak di deklarasikannya Kesultanan Yogyakarta oleh Hamengkubuwono I yang didukung oleh Kyai Nur Iman Mlangi. Di dalamnya ada pesantren, masjid, dan halaqah-halaqah yang mengajar sendi-sendi keislaman sebagai benteng utama dalam menyongsong kehidupan dunia hingga akhirat.

Ki Bagus Hadikusumo terbilang santri yang gemar mengkaji berbagai disiplin ilmu Islam terlebih kitab-kitab Fiqih dan Tasawuf yang menjadi kegemaran, sehingga membuat syariat Islam begitu kental dalam kesehariannya, amaliahnya. Transfer ilmu Islam, ia dapatkan dari ayahnya, Kyai Lurah Hasyim dan beberapa ulama Kauman lainnya. Selain belajar ilmu agama di Kauman, ia juga belajar ilmu umum di sekolah Ongko Loro selama tiga tahun.

Merasa masih haus dengan disiplin ilmu agama, Ki Bagus Hadikusumo melakukan rihlah ilmiahnya menuju Pesantren Wonokromo Yogyakarta yang didirikan oleh Kyai Imam (Mbah Imam), sebagian pendapat didirikan oleh Kyai Ibrahim. Di pesantren ini, ia mempelajari berbagai cabang keilmuan seperti Taqrib, Fath al-Mu’în, Fath al-Wahhâb, Ahkâmu al-Sulthâniyah, Bidâyatu al-Hidâyah, dan Ihyâ Ulûm al-Din, martepiece dari Imam al-Ghazali.

Bahtera Rumah Tangga

Selama hidupnya, Ki Bagus Hadikusumo pernah menjalani Sunnah Rasul sebanyak tiga kali. Pernikahan pertama berlangsung dengan Siti Fatmah binti Raden Haji Suhud. Dari pernikahan ini, ia dianugerahi enam keturunan di antaranya adalah Djarnawi Hadikusumo. Setelah istri pertama meninggal, ia menikah dengan Mursilah, salah seorang pengusaha di Yogyakarta. Dari pernikahan ini, ia dikarunia tiga keturunan.

Untuk pernikahan yang ketiga berlangsung ketika istri keduanya meninggal dunia, yaitu dengan Siti Fatimah. Dari pernikahan ini, ia dikarunia lima anak. Istri yang terakhir inilah yang menemaninya hingga akhir hayatnya.

Pemimpin Muhammadiyah

Ketika Kyai Ahmad Dahlan mendeklarasikan organiasasi Muhammadiyah pada 12 November 1912 M/ 8 Dzulhijjah 1330 H, Ki Bagus Hadikusumo ikut menyambutnya dengan tangan terbuka, sebab adanya kesuaian ide seperti ketidaksukaannya dengan sebagian amaliah orang yang mengkultuskan tokoh tertentu, sehingga ketika ia meninggalkan, ia berwasiat agar makamnya tidak diberi nisan, hanya sebuah bongkahan batu. Ia tidak ingin dikenal dan dipuji atas perjuangan yang dilakukan selama hidupnya untuk umat Islam atau untuk bangsanya.

Beli Buku

Tahun 1937, Pengurus Besar Muhammadiyah menyelenggarakan kongres yang ke-26 di Yogyakarta. Di kongres ini, tokoh muda Muhammadiyah mengharapkan agar yang menjabat pucuk kepemimpinan Muhammadiyah tidak hanyya didominasi oleh kelompok tua seperti Hisyam, Muktar, dan Haji Suja’. Di kongres ini, nama Ki Bagus Hadikusumo diusulkan sebagai perwakilan kaum muda Muhammadiyah yang dicalonkan sebagai ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, namun dengan penuh ketawaduan ia menolak tawaran tersebut. Baginya masih ada orang yang lebih layak darinya.

Karena Ki Bagus Hadikusumo bersikukuh tidak mau menerima tawaran menjadi Ketua Umum Muhammadiyah, akhirnya panitia menunjuk Haji Hadjid sebagai calon, namun ia juga menolak sebagaimana Ki Bagus Hadikusumo. Akhirnya peserta musyawarah menunjuk Kyai Haji Mas Mansur untuk menjadi ketua. Mulanya ia menolak seperti kedua sehabatnya tadi, namun karena terus dipaksa, akhirnya ia menerima amanah tersebut. Di kepemimpinan Kyai Mas Mansur inilah Muhammadiyah mengalami sebuah kemajuan pesat, terlebih dalam cara berfikirnya, ia mendirikan Majlis Tarjih (1927) yang berfungsi untuk menimbang hukum-hukum Islam yang nantinya akan menjadi amaliah umat Muhammadiyah. Semenjak itu, Muhammadiyah tidak lagi berpegang teguh kepada Madzhab Syafi’i.

Ki Bagus Hadikusumo dinobatkan menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada 1942-1945. Dengan penuh kesemangatan ia mengabdikan diri kepada Islam dan bumi pertiwi melalui organisasi yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan.

Mengalah Demi Keutuhan NKRI

Negara Indonesia selalu menjadi incaran bangsa Eropa seperti Potugis, Inggris, Belanda dan Jepang untuk mengeruk kekayaan alam dan menanamkan akidah yang dianutnya. Silih berganti penderitaan dialami oleh pribumi, terakhir, sebelum bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, Jepang datang 1942. Kesensaraan yang dialami pribumi tidak jauh halnya dengan yang ditebarkan penjajah sebelumnya, Belanda, yang menjajah kekayaan alam dan akidah.

Akidah yang ditebarkan Jepang adalah mereka menyuruh seikere (membungkukkan badan 90 derajat setiap pagi ke arah Jepang sebagai penghormatan terhadap kaisar Jepang, Tenno Haika yang dipercaya Jepang sebagai titisan Dewa Amaterasu Omikami) yang hampir menyerupai rukuk dalam salatnya umat Islam. Banyak Kyai yang dipaksa untuk melakukan hal tersebut, jika menolak maka akan terkena sebuah hukuman. Banyak Kyai yang harus mendekam dalam penjara sebab tidak mau mengikuti perintah Jepang untuk menjalankan Seikere karena dianggap membahayakan tauhid umat Islam seperti Kyai Hasyim Asy’ari dan Kyai Abdul Karim Amrullah. Fatwa ulama Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah melarang adanya Seikere. Setelah Jepang mendapatkan penjelasan dari Kyai Wahab Hasbullah dan Ki Bagus Hadikusumo tentang posisi Seikere bagi umat Islam, akhirnya mereka memahami dan membebaskan para kyai yang sudah ditahannya.

Ketika bangsa Indonesia sedang dalam detik-detik akan mendapatkan anugerah kemerdekaan, para pendiri bangsa mendirikan sebuah panitia persiapan yang dikenal dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang didirikan pada 22 Juni 1945. Sebelumnya, ia bernama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). PPKI ini asalnya anggotanya  sebanyak 27 yang kemudian dikerucutkan menjadi Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

Di PPKI jilid pertama, dalam arti yang anggotanya masih 27 orang, Ki Bagus Hadikusumo ikut terlibat di dalamnya bersama dengan Ki Hajar Dewantara, Kyai Agus Salim, Kyai Wahid Hasyim, dan lain-lain. Untuk yang sembilan, Ki Bagus Hadikusumo tidak dimasukkan di dalamnya. Panitia Sembilan terdiri dari tokoh penting sebagai berikut :

Beli Buku
  1. Soekarno
  2. Mohammad Hatta
  3. Mohammad Yamin
  4. Ahmad Subardjo
  5. A. A. Maramis
  6. Abdul Kadir Muzakir
  7. Wachid Hasyim
  8. Agus Salim
  9. Abikusno Tjokrosujoso

Ketika ikut berkiprah menjadi anggota PPKI, Ki Bagus Hadikusumo ikut serta merumuskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Ia mengusulkan agar syariat Islam menjadi pondasi hukum Indonesia di Piagam Jakarta. Ia trauma dengan taktik Belanda yang menggrogoti hukum Islam sedikit demi sedikit yang diganti dengan hukum adat dan Eropa.

Ketika Piagam Jakarta sudah disepakati, khususnya pada point ketuhanan dengan kuwajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya pada 22 Juni 1945, ada opsir Angkatan Laut Jepang yang menemui Bung Hatta yang mengutarakan keberatannya atas kata tersebut yang baginya merupakan diskrimasi bagi kelompok minoritas seperti dirinya yang berbicara atas nama agama Kristen Katolik dan Protestan, meskipun dalam hal ini piagam tersebut sudah ditandatangi oleh Mr. A. A. Maramis sebagai perwakilan dari agama Kristen. Jika tidak dihapus, maka golongan tersebut mengancam akan mendirikan negara tersendiri di luar Republik Indonesia.

Melihat keluhan tersebut, Bung Hatta menjadi luluh hatinya dan memusyawarahkan kembali. Pasca proklamasi, 18 Agustus, Bung Hatta memanggil empat tokoh, yaitu  Ki Bagus Hadikusumo, Kyai Wahid Hasyim, Teuku Muhammad Hasan, dan Kasman Singodimedjo. Dalam rapat darurat ini, Ki Bagus Hadikusumo tetap berusaha untuk mempertahankan argumennya agar syariat Islam dapat tertanam di bumi Nusantara, namun karena dibujuk oleh Kasman dengan lantaran bebera argument, khususnya gentingnya negara Indonesia yang baru sehari merdeka jika kata-kata tersebut masih melekat di pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Akhirnya, hati Ki Bagus Hadikusumo menjadi luluh sebagaimana Bung Hatta demi keutuhan NKRI. Digantilah point ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti menjadi ketuhanan Yang Maha Esa. []

 

NB : Tulisan dikutip dari buku Obor Ulama Yogyakarta karya Amirul Ulum

 

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *