Oleh : Rifki Yusak
Di kecamatan Sayung tepatnya di dukuh Kuripan Sidorejo Sayung pada Abad ke 20 paruh akhir terdapat seorang Kiai yang ahli dalam ilmu Hikmah, Kiai tersebut dalam ingatan masyarakat Sidorejo dikenal sebagai Sebeh istilah jawanya.
Kiai tersebut bernama Kiai Yahya. Beliau adalah putra bapak Kamsir bin Khasan Tohir. Walau beliau tidak memiliki pesantren maupun ngadep Masjid, akan tetapi sepak terjangnya dalam kebaikan dan melawan penjajah perlu diapresiasi.
Kiai Yahya dikenal sebagai pribadi yang berani, dari penuturan Dzuriyah nya Dave Kiai Yahya dahulu pernah berguru kepada Kiai Hasan Anwar Purwodadi. Kedekatan beliau dengan Kiai Hasan Anwar bisa dibilang cukup dekat, sebab ketika Kiai Hasan Anwar menyuarakan untuk mengusir Penjajah di Semarang, dengan gagah berani Kiai Yahya turut hadir dalam pertempuran tersebut, walau pada masa itu beliau terbilang masih muda.
Selain itu, keunikan lain dari Kiai Yahya adalah beliau banyak mempunyai doa-doa dari bahasa Jawa yang pernah beliau dapati dari guru-gurunya. Satu ketika beliau pernah menanyakan tentang doa-doa tersebut kepada sahabat karibnya, yaitu Kiai Ma’shum Mahfudhi apakah boleh dan baik doa-doa ini jika diamalkan, dengan hati-hati Kiai Ma’shum membaca doa-doa tersebut, dengan kesantunan beliau memilah milih doa yang baik dan dari beberapa doa yang disodorkan kepadanya.
Kedekatan antara Kiai Yahya dan Kiai Ma’shum amatlah dekat, selain rumah keduanya yang berdekatan, cuma hanya beda dukuh dan satu desa. Keduanya juga menjadi teman akrab sewaktu kecil, namun dalam posisi ini Kiai Yahya lebih dewasa daripada Kiai Ma’shum dari segi umur. Selain keunikan-keunikan diatas, Kiai Yahya juga mempunyai keunikan yang jarang ditemui oleh para kiai lain, hal itu terjadi tatkala satu tahun sebelum Kewafatanya.

Satu ketika, Kiai Yahya meminta para putra-putranya untuk membantunya membuat liang kubur, sontak pada saat itu, para putranya terdiam dan hendak bertanya mereka sungkan dan takut. Ternyata seiring berjalannya waktu, yang di maksud Kiai Yahya untuk membuat liang kubur adalah untuk dirinya sendiri dan untuk istrinya. Padahal masa itu, kondisi Kiai Yahya masih sehat bugar tidak terlihat tanda-tanda bahwa beliau akan mati.
Setelah selesai menggali dua liang kubur yang berada dibelakang rumahnya, kedua kubur tersebut diberi atap dan pagar agar terjaga. Ketika ditanya untuk siapa liang kubur tersebut beliau menjawab untuk persiapan dirinya dan istrinya. Seiring berjalannya waktu hingga hampir satu tahun Kiai Yahya mengalami sakit hingga beliau kembali ke Rahmatullah pada tanggal 17 agustus 1991 M. Jenazah beliau dikebumikan dikuburan yang satu tahun lalu beliau gali bersama para putra-putranya.
Sidorejo, 7 November 2024
NB : Foto hanya Ilustrasi