/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

KH. Muhammad Nur Nashuha Grobogan: Ulama Karismatik, Penjaga Pesantren, dan Jejaring Awal NU

Grobogan – Nama KH. Muhammad Nur Nashuha bin KH. Syihabudin bin KH. Khatibanon menjadi bagian penting dalam sejarah keulamaan di Jawa Tengah. Beliau adalah sosok kiai karismatik asal Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan, yang bukan hanya dikenal karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena perannya sebagai penjaga tradisi pesantren dan tokoh yang ikut menopang lahirnya Nahdlatul Ulama (NU).

Sejak muda, KH. Nashuha dikenal sebagai pengembara ilmu. Ia menimba pengetahuan dari pesantren ke pesantren di Jawa, hingga berguru kepada KH. Kholil Bangkalan, Madura, ulama kharismatik yang menjadi guru dari banyak pendiri NU. Perjalanan intelektualnya berlanjut ke tanah Arab, tempat beliau menyelami khazanah Islam langsung dari para masyayikh besar. Sepulangnya ke tanah air, KH. Nashuha mendirikan pesantren di Desa Selo, yang kelak menjadi embrio Yayasan Sunniyyah.

Pesantren ini tidak sekadar tempat belajar agama, tetapi juga menjadi benteng Ahlussunnah wal Jama’ah dan pusat perlawanan kultural terhadap kolonialisme. KH. Nashuha menolak sistem pendidikan Belanda dan dengan tegas mempertahankan metode sorogan dan wetonan sebagai ciri khas pesantren. Di sinilah santri-santri ditempa, bukan hanya menjadi ahli ilmu agama, tetapi juga generasi yang berjiwa kebangsaan.

Kedekatan KH. Nashuha dengan jaringan ulama besar Nusantara turut memperkuat kiprahnya. Menurut penuturan KH. Fahrurozi Midkhol, pengasuh Pondok Pesantren Al Faqih Selo, KH. Hasyim Asy’ari—pendiri NU—pernah bersilaturahmi langsung ke kediaman KH. Nashuha. Pertemuan itu membicarakan gagasan besar tentang pendirian jam’iyyah, sebagaimana dawuh KH. Kholil Bangkalan. Meski KH. Nashuha tidak tercatat dalam struktur kepengurusan NU, sikap dukungannya menunjukkan betapa jejaring ulama pesantren menjadi pondasi penting lahirnya organisasi terbesar di Indonesia ini.

“KH. Nashuha pernah menjadi teman seperguruan KH. Hasyim Asy’ari, sanad keilmuannya bersambung kuat. Karena itulah hubungan keduanya bukan hanya persahabatan, tetapi juga ikatan intelektual dan spiritual,” jelas KH. Imron Hasani, Ketua Yayasan Sunniyyah.

Selain dikenal berilmu tinggi, KH. Nashuha juga diyakini memiliki karomah. KH. Mahalli Selo menuturkan bahwa beliau sulit difoto, sebuah keistimewaan yang menambah kewibawaan dan ketakziman masyarakat kepadanya. Bagi santri dan warga sekitar, karomah ini bukan sekadar cerita, tetapi menjadi bukti kedekatan beliau dengan Allah SWT.

Jejak perjuangan KH. Nashuha tidak berhenti di bidang pendidikan. Nilai cinta tanah air yang ia tanamkan pada santri-santrinya kelak menjadi bagian dari semangat perlawanan terhadap penjajahan. Warisan perjuangan ini sejalan dengan tradisi ulama NU yang berpuncak pada Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Tidak berlebihan jika kiprah beliau kita kenang dalam momentum Hari Santri Nasional, sebagai simbol ulama dan santri yang setia mengabdikan diri kepada agama, bangsa, dan negara.

Beli Buku

Hingga kini, pesantren yang beliau dirintis terus berkembang melalui Yayasan Sunniyyah. Murid-muridnya tersebar di berbagai daerah, di antaranya ulama besar Syaikh Muhammad Dahlan Al-Mutamakkin dari Truwolu, Ngaringan, Grobogan. Jejak sanad keilmuan ini menegaskan peran KH. Nashuha sebagai salah satu mata rantai penting dalam jaringan ulama Nusantara.

Warisan ini juga terus dijaga oleh generasi penerus. Salah satu cicit beliau, KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, yang kini berkhidmah menjadi aktifis Bahsul Masail NU serta diberi amanah sebagai Pengurus Wilayah Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU Jawa Tengah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin Surakarta, secara rutin mengadakan Khataman dan Haul Akbar setiap tanggal 27 Rajab untuk mengenang dan meneladani perjuangan sang leluhur. Tradisi ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga cara merawat sanad keilmuan, menjaga barokah ulama, dan menguatkan ikatan santri dengan jejak perjuangan para kiai terdahulu.

KH. Muhammad Nur Nashuha adalah teladan ulama karismatik yang teguh menjaga tradisi pesantren, mendukung lahirnya NU, serta menanamkan semangat perjuangan kemerdekaan. Warisan beliau terus hidup, menjadi cahaya yang menerangi perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia hingga hari ini.

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *