/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Bunyai Cerdas, Tapi Lebih Cerdas Pak Kiai

Oleh : Amirul Ulum

Nyai Khairiyah sering mendapatkan cerita dari ayahnya, Kiai Hasyim Asy’ari. Salah satunya adalah, dahulu kala ada seorang kiai yang bercemarah di hadapan emak-emak. Ia mengatakan kalau mempunyai suami yang kencingnya menghadap kiblat, maka mintalah cerai, sebab melakukan istinja (buang hajat) dengan menghadap kiblat, merupakan sebuah larangan dalam syariat Islam. Di antara sekian emak-emak yang ikut mengaji kebetulan ada yang sedang bersateru (berselisih) dengan suaminya. Sang emak tersebut, lalu mengintip suaminya ketika buang air kecil. Ternyata sang suami kencingnya menghadap kiblat. Maka sang emak tidak berfikir panjang untuk meminta cerai kepada sang suami tersebut. Walhasil, gugatan cerai yang diajukan oleh sang emak tersebut dikabulkan oleh pengadilan. Keduanya dinyatakan bercerai.

Setelah sang emak bercerai dengan suaminya, ia menikah dengan kiai yang memberikan ceramah tersebut, otamatis statusnya menjadi bunyai. Rumah tangganya berjalan dengan harmonis sekian lamanya hingga suatu ketika sang emak tersebut dalam hatinya terbesit ingin mengetahui apakah sang suami tersebut kencing menghadap kiblat atau tidak. Akhirnya, untuk memastikan masalah ini, iapun mengintip sang suami ketika sedang buang air kecil. Betapa kagetnya ternyata sang suami yang notabenya seorang kiai yang mengajarkan larangan buang hajat dengan menghadap kiblat, ternyata justru melakukannya sendiri. Akhirnya, sang istripun meminta cerai kepada sang suami tersebut.

Ketika kasus perceraian disidangkan di pengadilan agama yang mengurus masalah nikah dan perceraian, sang kiai dapat mengelah. Memang benar ia buang air kecil dengan menghadap ke arah kiblat, namun kemaluannya tidak di hadapkan ke arab kiblat. Akan tetapi kemaluannya tersebut dibelokkan ke arah selatan. Dari argumen ini akhirnya pengadilan memutuskan gugatas cerai sang istri tidak dikabulkan, dalam arti keduanya tidak jadi bercerai.

Dari peristiwa di atas, kita dapat mengambil sebuah pelajaran berharga, hendaknya seorang yang berilmu (kiai/ulama) dapat menjalankan ilmunya. Juga, ada pesan yang tersimpan bagaimana kecerdasan seorang perempuan, sang emak, meskipun tidak secerdas sang kiainya tersebut, bunyai cerdas, tapi lebih cerdas pak kiai.

 

NB : Kisah ini dikutip dari buku “Nyai Khairiyah Hasyim : Pendiri Madrasah Kuttabul Banat di Haramain” karya Amirul Ulum

Beli Buku

 

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *