/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Kembali Pada Al-Qur’an dan Hadis?

Oleh: Ni’amul Qohar

Jargon “Kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis sudah sering kita dengar, baik di media maya maupun di kehidupan nyata. Perkataan tersebut biasanya digunakan oleh mereka untuk menanggapi setiap amalan yang berbeda dengannya. Disangkanya ketika sudah kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis akan membuat umat Islam selaras, satu pokok ibadah, dan agar tidak terjadi perbedaan dalam beribadah. Bahkan yang lebih miris lagi, mereka menganggap umat Islam yang tidak sama dengannya dikatakan ahli bid’ah, tidak berlandaskan dengan Al-Qur’an dan Hadis.

Sebenarnya kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis akan menimbulkan perbedaan pendapat. Para ulama dahulu dalam membuat konsep bangunan fiqihnya pun sangat teguh dalam berpegangan Al-Qur’an dan Hadis. Namun mereka juga berbeda pendapat, tidak menyalahkan, bahkan membuat label ahli bid’ah ketika tidak sama dengannya. Perbedaan ini timbul sebab Al-Qur’an dan Hadis sendiri telah membuka pintu atau peluang untuk berijtihad hukum.

Jika kita ingin mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukan ilmu lainnya sebagai pendukung, seperti Ilmu Tafsir, Tafsir, Asbabun Nuzul (sejarah), Nahwu, Shorof, Balghah, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Hadis, sangat diperlukan berbagai ilmu lainnya dalam rangka memahami isi kandungannya.

Hadis menjadi topik tertentu yang seringkali menimbulkan perbedaan pendapat. Ia tidak seperti Al-Qur’an sebagai sumber pokok yang utama hukum Islam. Perbedaan yang muncul di dalam Al-Qur’an biasanya terjadi dari cara membacanya (Qira’ah), tafsir, dan Asbabun Nuzul. Sumber tulisan atau kitab (mushaf) hanya ada satu, yang mana sudah sering kita pakai selama ini. Hal ini berbeda dengan Hadis yang sudah tersebar dalam sembilan kitab utama (al-Kutub al-Tis’ah), dan ditambahlagi beberapa kitab Hadis lainnya selain sembilan kitab tersebut.

Sembilan kitab Hadis yang utama yaitu: Sunan Abi Dawud, Shahih Al-Bukhari, Sunan Al-Darimi, Musnad Al-Imam Ahmad, Sunan Ibnu Majah, Al-Muwattha Imam Malik, Shahih Muslim, Al-Sunan Al-Nasai, dan Sunan Al-Tirmidzi.

Kitab-kitab Hadis utama yang dijadikan landasan hukum begitu banyak. Kadang ada Hadis yang nyatakan shahih oleh satu ulama di dalam kitabnya, akan tetapi dinyatakan oleh ulama lain Hadisnya dhaif di dalam kitab karangannya. Hal inilah yang biasanya membuat mereka mengatakan “Kembali ke Al-Qur’an dan Hadis”. Mereka berkesimpulan jika ibadah tidak terdapat di dalam salah satu kitab sembilan tersebut dinyatakan sebagai ahli bid’ah, beramal dengan hadis dhoif dan lain sebagainya. Padahal belum tentu, harus diteliti lebih lanjut lagi di dalam masing-masing kitab sembilan tersebut.

Beli Buku

Jadi kata ahli bid’ah bukan untuk orang yang menyimpang dari Sunah Nabi, melainkan hanya sebatas anggapan, asumsi, bahkan sampai tuduhan yang tidak meniliti lebih dalam lagi mengenai suatu Hadis. Maka muncullah kerenggangan ukhuwah Islamiyah di antara umat muslim selama ini.

Seperti contoh yaitu Hadis tentang membaca basmallah pada permulaan surah al-Fatihah di dalam shalat. Pertama, Hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas Ibn Malik RA bahwa “Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar serta Umar membuka shalatnya dengan membaca الحمد لله رب العالمين (Muttafaq ‘alaih). Di dalam riwayat lain Imam Muslim menambahkan: “Mereka tidak membaca بسم الله الرحمن الرحيم pada permulaan surah al-Fatihah dan tidak pula di akhirnya.”

Riwayat Imam Ahmad, al-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah juga menyebutkan: “Mereka tidak mengeraskan suara ketika membaca بسم الله الرحمن الرحيم. Hadis ini mengandung dua kemungkinan, yang pertama mereka tidak membacanya sama sekali, yang kedua bisa dipahami bahwa mereka membacanya dengan surah lirih tidak terdengar.

Menurut Ibnu Hajar bahwa Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar dan Umar membacanya dengan suarah lirih, maka peniadaan bacaan basmallah yang di dalam riwayat Imam Muslim dianggap suatu keanehan. Hadis ini merupakan dalil bagi mereka yang mengatakan bahwa bacaan basmallah tidak dibaca dengan keras baik pada awal maupun akhir surah al-Fatihah atau untuk memulai membaca surah Al-Qur’an lainnya di dalam shalat.

Basmallah merupakan sebagian ayat Al-Qur’an di dalam Surah al-Naml, menurut ijmak para ulama. Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai basmallah pada permulaan Surah Al-Fatihah. Sebagain mereka juga ada yang berpendapat bahwa basmallah digunakan pada setiap permulaan surah untuk menjadi pemisah antar satu surah dengan surah lain.

Kedua, Hadis yang diriwayatkan Nu’aim Al-Mujmir atau Abu Abdillah, seorang pembantu Umar bin Khaththab, beliau berkata, “Saya mengerjakan shalat di belakang Abu Hurairah, lalu ia membaca basmallah lalu membaca Al-Fatihah, hingga ketika telah sampai pada bacaa  ولا الضالينia membaca ‘Amiiin’, dan setiap hendak bersujud dan setiap kali bangun dari duduk, beliau membaca Allahu Akbar, kemudian setelah mengucapkan salam, Abu Hurairah berkata, “Demi yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh saya adalah orang yang paling menyerupai cara shalat Rasulullah SAW.”

Menurut Imam al-Bukhari, Hadis ini merupakan Hadis Mu’alaq, selain itu As-SIraj dan Ibnu Hibban juga meriwayatkan demikian. Kemudian An-Nasa’i membuat bab khusus tentang ini yaitu ‘Al-Jabar bi Bismillahirrahmaanirrahiim”.

Jikalau benar ketika kita kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis tidak akan adanya perbedaan pendapat, lantas bagaimana dengan adanya fakta ini? Mana yang sesuai dengan Sunah Nabi dan mana yang bid’ah? Apakah kita berani mengatakan kalau Imam Muslim berbohong dan hadisnya tidak shahih?. Dan apakah kita juga berani mengatakan bahwa Imam Bukhari berbohong?.

Beli Buku

Inilah khazanah keilmuan Islam yang sangat luas. Semua umat muslim yang berpegangan dengan hadis-hadis di atas pada dasarnya adalah benar, mereka memiliki pondasi masing-masing dalam menjalankan ibadah. Perihal siapa yang paling benar secara hakiki biar itu menjadi urusan Allah SWT.

 

Wallahu’alambishowab…

Sumber Rujukan

Nadirsyah Hosen, “Saring sebelum Sharing, Pilih Hadis Sahih, Teladani Kisah Nabi Muhammad Saw, dan Lawan Berita Hoaks”, 2019, Penerbit Bentang Yogyakarta.

Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani, “Subulus Salam Syarah Bulughul Maram”, Darun Sunah Jilid 1

‘Alawi ‘Abbas al-Maliki Hasan Sulaiman al-Nuri, “Ibanah Al-Ahkam Syarah Bulugh Al-Maram, Darun ‘Akmiah Jilid 1

Beli Buku
Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *