/>
Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!
Beli Buku

Syaikh Nawawi al-Bantani, Si Pena Emas Nusantara

Syaikh Nawawi al-Bantani

Syaikh Nawawi al-Bantani. Syaikh Nawawi al-Bantani merupakan ulama kharismatik Nusantara yang dilahirkan di Banten. Oleh sebab itu di belakang namanya ada gelar al-Bantani karena nisbat kepada daerah asalnya yaitu Banten. Selain nisbat daerah asalnya, juga sebagai pembeda dengan ulama lain seperti Imam Nawawi dari Nawa-Syria.

Garis Keturunan

Syaikh Nawawi al-Bantani dilahirkan pada tahun 1230 H/ 1813 M di kampung Tanara, Serang, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Banten, Jawa Barat. Dalam beberapa buku, orang mengenalnya dengan nama Nawawi Tanara yang mengaitkan dengan kampung kelahirannya[1]. Beliau masih memiliki pertalian nasab sampai Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Jejak Intelektual

Syaikh Nawawi al-Bantani mulai belajar dari gemblengan ayahnya sendiri yakni Kiai Umar yang merupakan tokoh agama yang masyhur waktu itu. Setelah mengembara ke berbagai guru, menginjak usia 15 tahun beliau pergi ke tanah suci untuk melanjutkan pengembaraan keilmuannya. Di sana beliau berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Yusuf bin Arsyad al-Banjari, Syaikh Sumulaweni, Syaikh Zainuddin Aceh, Syaikh Ahmad ad-Dimyati, dan Syaikh Abdul Ghani Bima.

Beliau terkenal kealimannya dari hasil pengembaraan keilmuan yang cukup panjang. Semangat beliau dalam hal keilmuan sangat besar. Hal inilah yang ia wariskan kepada para murid-muridnya. Tercatat beberapa muridnya mampu tampil menjadi ulama yang berwibawa. Sebut saja, KH. M. Kholil Bangkalan, KH. M. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama, KHR. Asnawi Kudus, serta H. Wasit dari Banten, seorang Pahlawan Banten yang telah mengusir penjajah Belanda[2].

Syaikh Nawawi al-Bantani merupakan tokoh utama yang menjadi transmisator intelektualitas ilmu keislaman ke Nusantara. Beliau makruf sebagai ulama dari Nusantara yang mengembara ilmu dan menetap di Makkah. Awalnya Syaikh Nawawi al-Bantani sempat pulang ke Nusantara dan mengajarkan ilmu yang telah didapatnya selama di Makkah. Tetapi itu tidak berlangsung lama. Kurang lebih selama 3 tahun, kemudian beliau berangkat lagi ke Makkah. Selain untuk memperdalam ilmu keagamaan, alasannya kembali ke Mekkah, karena situasi di Nusantara masih dalam penjajahan kolonial. Sehingga keadaan tersebut membuat ruang gerak Syaikh Nawawi al-Bantani dalam menyebarkan dan megajarkan Islam menjadi sempit.

Mengajar di Masjidil Haram

Setelah keilmuannya mumpuni, pemerintah Hijaz memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk mengajar di sana. Tidak hanya mengajar keilmuan Islam, beliau juga menjadi imam di Masjidil Haram sampai akhir hayatnya. Kepercayaan ini membuktikan bahwa tingkat keilmuannya diakui di Semenanjung Arab.  Oleh sebab itu Syaikh Nawawi al-Bantani mendapat gelar Sayyidul Ulama al-Hijaz yang berarti sesepuh Ulama Hijaz atau guru dari Ulama Hijaz.

Sumbangsih untuk Dunia Islam

Kontribusi Syaikh Nawawi al-Bantani untuk penyebaran dan kemajuan Islam di Nusantara sangat signifikan. Dari pengalaman belajar di Makkah inilah yang kemudian diaktualisasikan dalam cara beliau mengajar para muridnya. Cara pembelajaran seperti ini oleh para muridnya dilanjutkan ke Nusantara melalui media pesantren. al-Bantani merupakan inisiator pembaharu dalam kajian maupun rujukan mayoritas pesantren di Indonesia. Saya menyebutnya sebagai salah satu arsitek pesantren yang namanya tercatat dalam genealogi intelektual tradisi pesantren.

Beli Buku

Arsitek Pesantren di Nusantara

Sebagaimana pendapat Gus Dur di dalam bukunya “Menggerakkan Tradisi” mengatakan, bahwa intelektualitas secara genealogis juga berkaitan erat dengan pergolakan intelektual di Timur Tengah, khususnya di era awal keterlibatan arsitek atau perintis awal pesantren di Indonesia[3].

Melalui pesantren di Indonesia inilah pemikiran-pemikiran maupun karya Syaikh Nawawi al-Bantani menyebar melalui para muridnya. Bagi saya, yang menarik dari pemikiran al-Bantani adalah bagaimana membebaskan masyarakat Islam Indonesia dari belenggu kolonialisme. Hal ini penting  sebagai upaya penyebaran Islam agar tidak ada tekanan dari pihak luar. Sebab, melepaskan diri dari jajahan kolonial yang artinya merdeka akan mempermudah berkembangnya Islam di Nusantara. Maka dari itu, beliau selalu memantau perkembangan dan situasi perjuangan di Nusantara melalui murid-muridnya.

Mengajarkan Makna Kemerdekaan

Dengan demikian membuktikan bahwa Syaikh Nawawi al-Bantani tidak sekedar mengajarkan keagamaan saja, tapi juga mengajarkan makna kemerdekaan dan anti kolonial dengan cara lembut. Beliau mendidik dan mencetak kader yang patriotik dan berjiwa nasionalisme. Pendek kata, ia mendidik para murid untuk menjadi kader yang religius-nasioanalis dan nasionalis-religius. Salah seorang murid sekaligus kadernya yang di kemudian hari tampil berjuang di garda terdepan yakni KH. M. Hasyim Asy’ari. Perjuangan  al-Bantani memang bukan perjuangan fisik. Tapi melalui pendidikan untuk menumbuhkan jiwa nasioanlisme dan anti kolonialisme kepada muridnya. Inilah salah satu kontribusi dari Syaikh Nawawi al-Bantani yang harus selalu selalu menjadi kenangan.

Turats Syaikh Nawawi

Selain itu, kontribusi beliau juga lewat karya tulis. al-Bantani juga menggunakan waktu-waktunya untuk menulis atau mengarang beberapa buku mengenai keislaman[4]. Syaikh Nawawi al-Bantani juga sangat masyhur sebagai salah seorang penulis yang luar biasa produktif. Tidak cukup pada level produktif, Syaikh Nawawi al-Bantani ialah penulis yang berbakat. Dengan karyanya yang terkenal hingga sekarang adalah Tafsir al-Munir, Nashaihul Ibad, Fathul Shamad al-Alim dan sebagainya.

Beliau menulis kitab tentang berbagai cabang ilmu keislaman seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu sejarah, ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu akhlak, ilmu tasawuf dan ilmu bahasa.  al-Bantani menulis juga sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah. Seperti dalam karyanya yaitu Tafsir al-Munir yang sebenarnya menunjukkan gerakan pembebasan. Ini membuktikan bahwasannya menulis itu memiliki energi positif. Melalui tulisan ia mampu mempengaruhi para muridnya untuk memiliki jiwa nasionalisme. Hingga pada akhirnya memunculkan perlawanan terhadap penjajah.

Dari berbagai banyaknya sumber yang mengatakan bahwa karya tulis Syaikh Nawawi al-Bantani berjumlah puluhan hingga ratusan. Karya terbanyak di antara para ulama di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang juga menulis buku atau kitab. Sampai KH. Idham Chalid menegaskan bahwa Syaikh Nawawi al-Bantani sudah sepantasnya kita memberikan predikat pujangga dunia Islam. Berkat karyanya yang begitu banyak tersebut. Sependapat dengan KH. Idham Chalid, saya berpandangan bahwa Syaikh Nawawi al-Bantani ialah Si Pena Emas Nusantara yang telah mendunia dengan berbagai karyanya dan kontribusinya untuk Islam di Nusantara dan upaya perlawanan terhadap kolonialisme.

Kesimpulan

Teladan yang patut kita contoh dan lanjutkan ialah bagaimana semangat berkarya beliau. Keterbatasan fasilitas dan sederet kendala lainnya tidak menjadikan semangat menulisnya meredup. Sebaliknya, Si Pena Emas Nusantara, Syaikh Nawawi al-Bantani sinarnya semakin terang, bahkan hingga beliau sudah wafat karya tulisnya menjadi bahan kajian di mana-mana dan referensi di banyak pesantren Nusantara. Inilah bukti bahwa eksistensi tulisan itu abadi. Hingga nama penulisnya pun abadi bersama karyanya. Kontribusi nyatanya ialah berkat karya tulisnya mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan Islam di Nusantara hingga menumbuhkan benih-benih perlawanan terhadap kolonialisme.

Oleh: Kamim Tohari

Beli Buku

Sumber Rujukan

[1]Ramli Rafi’uddin, “Sejarah Hidup dan Silsilah Keturunan Shaykh Nawawi Banteni” (Banten: Yayasan Nawawi Tanara, t.t.).

[2]Ensiklopedia Islam Juz 4 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994).

[3]Abdurrahman Wahid, Asal-usul Tradisi Keilmuan di Pesantren dalam Menggerakkan Tradisi (Yogyakarta: LKiS, 2007).

[4]Hafiduddin Didin, Tinjauan Atas Tafsir al-Munir Karya Muhammad Nawawi Tanara, Dalam Warisan Intelektual Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1987).

Share:
Beli Buku
Avatar photo

Ulama Nusantara Center

Melestarikan khazanah ulama Nusantara dan pemikirannya yang tertuang dalam kitab-kitab klasik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *